1

2.1K 124 6
                                    

"Mbak, aku mau cake yang itu ---"

Saat jariku menunjuk ke arah cake dengan buah peach di atasnya, sebuah jari yang tentunya milik orang lain, juga menunjuk cake yang sama.

Jason...?

Aku pernah satu sekolah sama cowok pendiam dan tertutup itu. Bahkan kelas XII kemaren, aku sama dia ada di kelas yang sama.

Dan sekarang, aku sama dia lagi-lagi kuliah di universitas yang sama dan jurusan yang sama pula.

Dia mendengus. Terdengar dari helaan nafasnya, yang seolah mengatakan bahwa, 'aku yang seharusnya mendapatkan cake itu duluan!'.

Mbak-mbak yang melayaniku tersenyum manis. "Tenang aja. Cakenya ada dua."

Jason mengibaskan tangannya. "Gua mau blackforest yang itu." rupanya dia menunjuk cake yang lain.

Bukan hanya denganku, dia juga hampir gak pernah mau tegur sapa sama teman sekelas lainnya.

Waktu kenaikkan kelas XI, aku pernah dengar desas desus dari siswa lain, tentang Jason. Yang pasti bukan kabar yang enak buat didengar.

Nah, sejak desas desus itu menyebar dengan cepat hingga akhirnya sampai ke telinga Jason --- sejak hari itulah, sikapnya berubah drastis.

"Tiga ratus enam puluh ribu ya, kak. Ini kembaliannya."

"Makasih, mbak."

Aku harus menyisihkan uang gajianku tiap bulan, demi membeli cake kesukaannya Mas Rio. Aku yakin, pasti dia suka banget kalau tahu aku yang membelikan cake ini, sebagai surprise di hari ulang tahunnya yang ke-25.

"Tunggu!"

Aku noleh ke arah outlet pastry itu lagi. Jason memanggilku...?

"Ya?"

Dia menyodorkan sebuah kotak cake transparan berukuran sedang padaku.

"Untukku?"

"Gue gak butuh bantuan lo. Tapi yang kemaren --- thank's."

Aku ragu menerimanya. Soalnya, dari ekspresi wajahnya yang dingin dan ketus itu, aku sanksi dia memberikan rainbow cake itu dengan ikhlas.

"Aku mau terima, asal ---" kutatap matanya yang kehijauan itu lekat-lekat. "Kita makan bareng."

Matanya membulat. Wajahnya tegang banget  Tapi, ekspresi itu malah membuatku harus menahan tawa geli.

"Aku udah bisa tebak."

"Tebak apaan...?!" Nadanya terdengar kayak lagi emosi.

"Orang kayak kamu, pasti malu makan berdua sama aku." aku menghela pelan. "Udah ya, aku pulang dulu."

Saat aku berbalik, tangan kananku diraihnya. Tanpa mengatakan apapun, dia mengajakku masuk kembali ke dalam outlet pastry itu lagi.

Aku memotong rainbow cake, lalu memberikan potongan yang sama besar, untuknya.

"Aneh aja. Lagi gak ulang tahun, tapi makan cake."

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang