Kami berlima baru aja pulang, setelah menikmati makan siang di sebuah restoran di salah satu hotel berbintang lima, di kawasan Sudirman.
Baik Om Baskara maupun Om Tian, bersikap biasa aja. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Habis makan, kami mampir sebentar ke mall. Aku sama Mas Rio ditawari mau dibelikan sepatu. Mas Rio nolak, tapi aku gak bisa. Karena Om Tian yang maksa banget.
Kupikir, Om Tian sama Om Baskara sudah melupakan apa yang udah dilakukan Mas Rio sama Jason. Tapi ternyata, aku salah.
"Ada yang mau appa dan papa bicarakan." ujar Om Tian.
Jadilah, kami semua berkumpul di ruang keluarga.
"Jason..." Om Baskara mulai bicara. "Papa ingin tanya, bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Aku gak ngerasa apa-apa." jawab Jason ketus.
"Maksud papa, perasaanmu dengan Rio."
Wajah Jason memerah. Dia kelihatan salah tingkah.
"Jujur aja, Jason. Appa dan papa, tidak akan marah." ujar Om Tian.
"Aku ---"
"Bagaimana denganmu, Rio?" tanya Om Baskara.
"Saya ---" Mas Rio malah natap ke aku.
"Aku suka sama Vano, pa."
"Hhhaaahhh..?" aku melongok mendengarnya.
Jason menatap padaku. "Tapi, dia gak pernah mau ngerespon." kemudian dia menunduk.
"Jadi..."
"Saya suka sama anak om." Mas Rio tiba-tiba memotong. "Jujur, saya gak bisa ngelupain setelah kejadian itu."
"Appa sama papa tidak masalah. Asalkan, kalian bisa menjaga dan mengerti perasaan masing-masing." Om Tian bicara lagi. "Kalau kamu memang suka sama Jason, apa bisa kamu berjanji untuk tidak pernah menyakitinya?"
"Saya --- janji, om."
"Jason..."
Jason mendengus. "Iya, pa. Aku juga suka sama Mas Rio!" Dia bicara sambil menatapku kesal.
"Kalian perlu ingat, Jason -- Rio." Suara Om Baskara seperti berat. "Di rumah ini, tidak hanya ada kalian berdua. Jadi, jika kalian ingin melakukannya lagi --- jangan lupa untuk mengunci pintu kamar, dan ---"
Om Tian mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Selalu pergunakan ini. Demi kesehatan kalian berdua."
"Tuh, dengerin mas!" Mataku membulat. "Suka ngatain orang lain homo, ternyata Mas Rio sekarang pacaran sama Jason!"
"Memangnya Rio pernah bilang seperti itu?" tanya Om Tian.
Aku ngangguk. "Mas Rio sama temen-temen baristanya itu, kalo pas istirahat sukanya ngegosip om. Mas Rio bilang kalo Pak Oliver, Kak Gavin, sama Mas Agus itu, semuanya homo. Jadinya aku harus hati-hati."
"Tapi kan emang bener, dek!"
"Kalo gitu, mulai nanti malem aku gak mau tidur lagi sama Mas Rio."
"Kenapa?"
"Nanti ada yang cemburu --"
Jason makin salah tingkah.
"Maaf, tapi om harus mengatakan ini.." Om Tian menatap Mas Rio tajam. "Kalau kamu memang benar-benar ingin serius dengan Jason, kamu harus om tes HIV dulu."
"Tes HIV, om..?!"
"Kamu, gak keberatan kan?"
"I --- iya, om."
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.