3

681 72 0
                                    

"Aku kira kamu gak lembur."

Kayaknya Mas Rio gak tahu, kalau aku baru aja kembali ashar tadi. Dia merapihkan rambutku, lalu memakaikanku topi putih miliknya.

"Uang lembur cair nih. Mau ditraktir apaan?"

"Pulang aja, mas. Nanti masakkan ibu mubazir."

"Tck. Emang aku gak boleh buat kamu seneng ya?"

"Bukannya gitu, Mas Rio."

"Mumpung masih jomblo nih. Nanti, kalo aku udah cewek beda lagi ceritanya."

"Pecel lele aja gimana?"

Mas Rio malah kacak pinggang. "Gak mau pizza atau KFC?" aku geleng. "Steak deh..." aku geleng lagi. "All u can eat?"

"Pecel lele aja, mas. Biar lebih romantis."

Wajah Mas Rio kayak kaget gitu. Kemudian dia tertawa pelan, sambil mengacak rambutku.

"Okelah."

Pecel lele yang kita datengin itu, konsepnya lesehan. Meskipun di pinggir jalan, tapi untungnya banyak pohon-pohon pucuk merah di pot-pot besar, yang bisa menghalau asap polusi dari kendaraan yang berlalu lalang.

"Nahh, sekarang udah kerasa romantis kan, mas? Makan malam, dengan lilin yang menyala. Hhehee..."

"Kamu itu aneh banget, Van. Di ajak nonton gak pernah mau. Di ajak jalan ke mall, nolak terus."

"Mas Rio kumpulin aja uangnya. Kan katanya Mas Rio mau berangkatin ibu naik haji?"

Mas Rio ngambil tisu, lalu dia memuntir-muntir tisu tersebut. "Susah, Van. Gak pernah kekumpul-kumpul. Selalu aja ada masalah dadakkan yang tiba-tiba muncul. Rumah bocorlah, pompa rusak, Banyu sunatan, hhhaahh..."

"Berarti, Mas Rio kerjanya harus makin giat. Jangan cepet ngeluh."

Senyum Mas Rio mengembang. "Dulu sih iya. Tapi sekarang, kan ada kamu."

Dua piring nasi uduk, dengan ayam goreng plus sambal dan lalapan yang kami pesan pun, akhirnya jadi juga.

"Nanti beliin buat Banyu sama ibu juga ya, mas."

"Iyaa.."

"Aku yang bayarin."

Mata Mas Rio membulat. "Enggak. Kalau ibu tahu, bisa aku yang kena omel nanti."

Beberapa kali pengamen datang silih berganti. Aku tahu, Mas Rio agak dongkol juga dengan kehadiran pengamen-pengamen itu. Tapi, mau gimana lagi...? Mereka kan sama-sama lagi cari uang juga.

"Ulang tahun kamu ---" Mas Rio bicara sambil nyeruput es jeruknya. "Mau minta apa aja...?"

"Nasi kuning aja, mas. Kayak tahun lalu."

Mas Rio jentikkin jemari tangannya. "Kalo gak salah, ulang tahun kamu pas lagi puasa kan?"

Aku angkat bahu. Gak penting juga memikirkan ulang tahunku.

Mas Rio memeriksa kalender di hapenya. "Seminggu sebelum lebaran nih! Pas banget, aku lagi dapet THR!"

Ngomong-ngomong soal THR, aku sendiri lupa aku gunakan buat apa ya uang THR-ku tahun lalu...?

"Kalau misalnya, aku kasih kamu satu kesempatan --- kamu mau minta apa aja, aku pasti akan turutin."

"Masa..?"

"Pegang omonganku! Pantang bagi pria jantan, untuk mengingkari janjinya sendiri!"

"Kalau gitu, aku minta ---"

Mas Rio natap aku dengan wajah serius banget. "Apa?"

"Mas Rio naik gunung merapi, terus nyemplung ke dalam kawahnya."

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang