"Udah jam delapan Dav, kita mau ke kampus jam berapa?"
"Sabar aja sih." David megangin tanganku. "Lagian, maskernya juga belom kering."
Aku menghela. Mungkin, ini adalah hal tergila yang pernah aku lakukan. Aku dan David memang sedang maskeran. Cuma, masker yang kami gunakan itu bukanlah masker-masker yang dijual online maupun minimarket.
Jika kalian tahu, masker apa aku maksud...?
"David!" mataku melotot. "Ayo mandi sekarang!"
"Vano ---" David menatapku intens. "Di google itu, dibilang biar kerasa khasiatnya masker sperma itu paling sebentar 45 menit, dan paling lama 60 menit. Kamu bisa sabar kan..?"
Mau gak mau aku pun kembali rebahan di sisinya. Lagipula, idenya itu benar-benar gila. Dia menggunakan spermaku untuk melumuri wajahnya, dan begitu juga sebaliknya.
"Aku mandi duluan deh. Aku gak mau sampai telat."
"Van ---" David mencengkeram tanganku. "Sekalian mandi, seronde lagi ya...!?"
"Ya ampun, David..."
"Sekali aja ya, Van..."
"Tck. Iya -- iya, jangan lama ya tapi...!"
Kali ini David megang janjinya. Permainan seks yang kita lakukan, emang gak lebih dari 10 menit. Mungkin karena persediaan sperma miliknya, yang udah terkuras habis karena pertempuran semalaman yang kami lakukan.
"Kalo nanti ketemu sama Jason gimana?"
"Ya gak gimana-gimana."
"Terus, kalo lo dipaksa pulang?"
"Kan ada kamu ---"
David memelukku dari belakang. Mengecup leherku dengan lembut.
"Kalo gitu, lo gak usah cemas."
"Nanti horny lagi..."
"Hhheehee..."
Meskipun tinggal melewati deretan rumah yang dijadiin kios-kios makanan, tapi David gak mau jalan kaki rupanya. Dia lebih memilih naik motor, dan memutar agak jauhan sedikit.
Sampai di kampus, aku dan David langsung menuju divisi pendamping kelompok. Aku bisa langsung tahu, soalnya ketua divisku yang bisa dibilang wajahnya sangat tampan dan gak ngebosenin itu.
"Isi absen dulu.! Yang udah, bisa ambil konsumsi...!"
"Biar aku aja yang ambil." David langsung berdiri.
"Hai, salam kenal."
Dua cewek menyapaku ramah. Yang satu berwajah bulat dengan jilbab hitamnya, yang satu lagi berbibir mungil, dengan kulitnya yang berwarna sawo matang. Persis seperti David.
"Vano."
"Gue Anis. Akutansi." kata si cewek berjilbab.
"Marliana --- Lia. Hukum." kata cewek satunya.
"Gak ngambil konsumsi?" tanya Anis.
"Lagi diambilin sama David."
Sebenarnya, aku lagi ngobrol gini agak-agak was-was juga. Takut-takut, kalo misalnya Jason tiba-tiba nyamperin.
"Sorry, lo Vano?"
Aku sigap berdiri. "Iya."
"Nomer lo udah gak aktif ya?"
"Nomer ---"
"Sorry-sorry..." cowok sipit berkacamata itu menjulurkan tangannya. "Dean."
"Ohh iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.