Duoble up yuhuuu....
Seorang lelaki kini tengah menghadap ke arah tiang bendera, tangannya terangkat untuk memberikan hormat. Sudah 1 jam ia berdiri di sana. Keringatnya sudah bercucuran, bukan, bukan karena terik matahari melainkan karena sesuatu.Tubuhnya bergetar, wajahnya terlihat pucat. Kapan hukumannya akan selesai? Mengapa lama sekali? Pikirnya. Ia sudah tidak kuat. Jauh darinya, dari dalam kelas, seorang lelaki yang duduk tepat di dekat jendela menatapnya dengan senyum miringnya.
"Nyatanya, gua gak perlu capek-capek untuk menghukum lo Aksa. " ucapnya dalam hati.
Sementara disisi lain, tepatnya di koridor sekolah yang sudah sepi,karena kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung. Seorang lelaki yang sedang membawa beberapa buku,langkahnya terhenti. Matanya menatap seseorang yang tengah berdiri di tengah lapang sana.
Tapi bukan itu fokusnya, tubuh itu, ya tubuh lelaki yang tengah menjalankan hukuman itu seakan-akan, akan limbung.
Brak!
Buku-buku itu, ia lepaskan begitu saja. Entah dorongan dari mana, kaki jenjang itu berlari ke arah seseorang di tengah lapang sana.
Hap!
Dapat, beruntungnya ia cepat, jika tidak, tubuh itu akan limbung menghantam tanah.
"Hei, "
Lelaki itu terkejut kala melihat wajah lelaki yang tengah berada di dalam dekapannya. Wajahnya pucat, matanya sayu,tapi ia terkejut bukan karena itu. Melainkan sesuatu yang mengalir tepat dari kedua lubang hidung mancungnya. Merah,amis dan segar.
"Aksa hey?" tepuk lelaki itu tepat di pipi pucat Aksa. Yaa--lelaki yang tengah menjalankan hukumannya adalah Aksa.
"S-sakit, bang. "
Deg!
A-apa? Abang? Aksa memanggil dirinya Abang? Hatinya berdetak, entah kenapa ia merasa sangat---senang?
"Jangan tutup mata lo, kita ke UKS." Lelaki itu segera menggendong tubuh Aksa.
"Astaga! Mengapa tubuh dia enteng sekali? Dia makan apa sih?" batin lelaki itu.
"T-terimakasih sudah peduli bang--" mata Aksa terpejam, ia benar-benar jatuh terkulai di dalam gendong laki-laki itu.
"Aksa? Hey? Bangun sialan! " ucap lelaki itu kalang kabut. Bukan, ia bukan peduli ia hanya kasihan. tekannya dalam hati.
Sementara seseorang yang sejak tadi memperhatikan mereka mengepalkan kedua tangannya.
"Sial, kenapa harus di tolong sih? Seharusnya bang Rayyan biarkan saja dia pingsan dan mati. Hidupnya hanya bisa merepotkan orang lain." monolognya.
***
Rayyan---lelaki itu menaruh Aksa di atas brankar UKS. Ya, yang menolong Aksa adalah Rayyan.
Rayyan menatap wajah Aksa Lamat, wajah itu, wajah itu sangat mirip dengan---
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...