HALO.
SELAMAT MALAM.
AKSA KAMBEK. HIHI.
Mona menuruni anak tangga dengan perlahan. Kakinya melangkah menuju dapur. Sesampainya di dapur, Mona segera membuka kulkas, mengambil satu butir telur yang selalu ia sediakan.Tek.
Ia menyalakan kompor, menggoreng telur itu. Tak sampai 5 menit, telur ceplok buatannya sudah matang dengan segera, ia memindahkan telur ceplok itu kedalam piring yang sudah di isi dengan nasi.
Setelah itu, kakinya melangkah menuju satu ruangan yang berada di dekat tangga. Sebelumnya, ia mematikan kompor terlebih dahulu.
"Sudah saya duga kamu disini," ucap Mona saat dirinya membuka ruangan itu dan mendapati seorang lelaki tengah terbaring dengan mata yang terpejam.
Trak!
Piring itu, Mona letakkan di atas meja. Setelahnya, tangannya terulur menggoyangkan tubuh lelaki itu dengan sedikit kasar.
"Heh, bangun. Bangun anak sial."
Lelaki itu tak menanggapi, Mona semakin menggoyangkan kasar tubuh lelaki itu.
"Aksa, bangun sialan." geram Mona.
"Eugh," lelaki itu---Aksa, melenguh Pelan. Matanya terbuka perlahan.
Mona yang melihat pergerakan dari Aksa menghentikan aksinya. Matanya terfokus menatap Aksa yang masih berusaha membuka matanya. Setelah menunggu beberapa detik, akhirnya mata Aksa dapat terbuka walau tak sempurna. Aksa mengerejap pelan, menetralkan cahaya yang masuk kedalam matanya.
"I-ih-bu.." lirih Aksa saat menyadari siluet Mona dari ujung matanya. Mona hanya terdiam, hatinya sedikit mencelos ketika menyadari wajah Aksa yang terlihat pucat, bibirnya yang sedikit membiru. Belum lagi matanya yang memerah.
Yang membuat hati Mona semakin mencelos adalah, pakaian Aksa masih sama dengan saat dirinya mengguyur tubuh Aksa. Ada sedikit rasa kasihan, namun ego mengalahkan semuanya.
Mona melipat kedua tangannya di dada, "bangun, saya sudah siapkan makan untuk kamu. Habiskan makannya setelah itu minum obat. Saya tidak mau kamu sakit, karena itu lebih merepotkan."
Dalam hati, Aksa merasa senang. Mona peduli? Ahh--Aksa benar-benar senang. Bibirnya berusaha membentuk senyuman. Dengan perlahan, Aksa bangkit. Walau susah, karena bergerak sedikit saja rasa sakit langsung menjalar.
'karena kalau kamu sakit, terlebih hati kamu hancur Rayyan tidak bisa di selamatkan. Saya butuh hati kamu, untuk Rayyan.'
"Ahh..." Bibir Aksa meringis pelan, berkali-kali tubuh Aksa kembali terbaring. Namun Aksa tak berhenti begitu saja. Ini kali pertama Mona menyiapkan makan untuknya. Aksa harus menghargai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...