Halo Guys.
Selamat malam:)
.
.
.
.
.
.
"Eungh.." lenguhan kecil keluar dari celah bibir Aksa. Mata Aksa terbuka perlahan.Dimana ia berada sekarang? Rumah Farris? Tidak, ini bukan rumah Farris. Dirinya benar-benar tidak kenal ruangan ini. Apa ini rumah Narren? Atau Marvin?
Mata Aksa mengedar, setelah melihat banyaknya foto Marvin yang terpajang di dinding. Aksa yakin, ini rumah lebih tepatnya kamar Marvin.
"Agh..s-sakit," lirihnya tanpa suara. Aksa meneguk salivanya susah payah.
Uhuk.
Uhuk.
"O-om..Oma.."
Aksa kembali memejamkan mata, hanya sebentar, guna menetralkan rasa sakit. Sungguh, kalau Aksa boleh jujur, seluruh tubuhnya sakit semua.
"A-ay-yah..."
Tubuh Aksa perlahan bangkit.
Sret.
Ahh.
Aksa mengibaskan tangannya, setelah nekat melepas infusannya secara paksa. Aksa mulai bangkit dari duduknya, melangkah perlahan berpegangan pada tembok.
********"Farris?" Calista di buat terkejut dengan kedatangan Farris yang tiba-tiba.
"Calista, apa kabar?"
Glek!
Dapat Farris lihat, Calista tengah meneguk ludahnya secara kasar.
Tidak, jangan gugup Calista.
"B-baik, k-kamu---"
"Saya, kurang baik Calista. "
Lagi, Calista meneguk ludahnya kasar.
"Apa kamu senang? Apa sekarang kamu merasa puas? Tolong, akhiri semua ini Calista."
Calista menggeleng, "apa yang harus di akhiri? Saya tidak berbuat apapun Farris."
"Banyak yang kamu perbuat Calista, istri saya meninggal kena serangan jantung akibat kesalah pahaman itu. Kamu merusak satu keluarga, dengan mengorbankan anak yang gak salah sama sekali. Bahkan, kamu merusak rumah tangga kamu sendiri Calista. " Farris menghentikan bicaranya.
Calista menggeleng. "Jaga bicara kamu Farris."
"Akibat ulah kamu, banyak orang yang meregang nyawa. Bahkan, anak yang gak bersalah sama sekali kesakitan akibat ulah kamu. Tolong hentikan Calista. Saya mohon. Kasihan Dami. Dia gak baik-baik aja, dia butuh ora---"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...