Arka Bodoh

4.5K 420 83
                                    

MALAM:)

AKU UP....YUHUUUU
.
.
.
.
.
.

Entah, apa yang membuat Arka terus menetap disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah, apa yang membuat Arka terus menetap disini. Di depan ruang UGD. Terduduk manis dengan tangan yang saling meremas satu sama lain. Entahlah, perasaannya tidak akan tenang sebelum dokter---lebih tepatnya, Rio keluar dan memberitahu kondisi Aksa.

Ingat, ia hanya ingin tahu.

Cklek!

Pintu ruang UGD terbuka, refleks membuat Arka bangkit dari duduknya. Sosok Rio muncul.

"Dokter Rio? Keadaan anak itu bagaimana?"

Rio tak menanggapi, bukannya tidak mendengar. Namun ia muak dengan semuanya. Semua, keluarga Aksa. Termasuk Arka.

"Dokter Rio, jawab saya." Arka mengikuti langkah Rio.

"Dok---"

"Siapa yang anda sebut, anak itu?" Rio menghentikan langkah, begitu pula dengan Arka.

"Dok---"

"Saya tidak kenal dengan yang namanya anak itu."

"Aksa!" ucap Arka tegas tanpa basa-basi.

"Mati mungkin," ucap Rio datar.

"Dokter jangan bercanda, tolong beritahu saya, gimana keadaan Aksa?"

"Kenapa?"

Arka mengernyitkan dahi, merasa bingung dengan pertanyaan Rio. Kenapa? Mengapa?

"Maksudnya?"

"Iya, kenapa tiba-tiba menanyakan keadaan Da--ah, Aksa? Anda ingin memastikan bahwa Aksa mati atau tidak, iya kan?"

Arka terdiam.

"Bilang sama semua keluarga anda, anggap saja Aksa sudah mati, dan biarkan dia tinggal dengan saya. "

Lagi, Arka hanya terdiam.

"Biarkan saya membuat dia bahagia, walau sekali seumur hidup. Dia tidak baik-baik saja, seperti apa yang anda dan keluarga anda fikirkan. Jadi, saya harap, lepas dia. Biarkan dia bahagia. Jika kebahagiaan dia tidak datang dari keluarga, maka biarkan orang lain yang membuat di bahagia."

Rio hendak berlalu, namun urung, ia kembali menatap Arka.

"Doakan saja supaya Aksa baik-baik saja, walau sebenarnya ia tidak akan pernah baik-baik saja. Dia kritis, kalau anda ingin tahu." Rio berlalu begitu saja.

Perkataan Rio barusan membuat tubuh Arka tidak berkutik sama sekali. Kritis? Benarkah? Separah itu? Apa yang sebenarnya terjadi?

Tangan Arka terangkat, mengelus dadanya pelan yang tiba-tiba saja merasa sesak dan sedikit syok. 

********

Mona mengelus lembut puncak kepala Rayyan. Matanya menatap Rayyan dengan tatapan sedih.

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang