Halooo.
Apa kabar?
Masih ada yang nunggu cerita ini?
.
.
.
.
.
.
.Langkah Aksa terhenti saat tiga orang lelaki menghadangnya. Aksa meremat tali tasnya kencang.
"Tugas kita mana? Udah lo selesaikan kan? Jangan bilang belum, karena kalo enggak lo bakal tau akibatnya."
Aksa mengangguk pelan.
"Bagus, mana?"Perlahan tangan Aksa bergerak, membuka resleting tasnya, mengambil tiga buku dari dalamnya. Aksa memberikan buku itu kesalah satu dari tiga orang itu.
"Bagus, kalo gini kan, gue gak perlu capek-capek mikir, tinggal nunggu, tugas pun selesai. "
Aksa kenal betul suara itu.
"Inget ya Sa, jangan sampe lo ngadu ke guru apalagi mama dan papa. Kalo sampe lo ketauan ngadu, habis lo sama gue." ucap laki-laki berperawakan tinggi dan gagah. Membuat kepala Aksa sedikit menunduk dan menggeleng pelan. Sementara dua orang lainnya hanya tersenyum miring.
"Haha, cabut Nan, Ren."
Aksa segera mencekal lengan salah satu dari mereka.
"K-kenaan, boleh aku ngomong sebentar?"
Lelaki yang lengannya sedang di cekal oleh Aksa seketika urung untuk melangkah. Ia menatap Aksa sinis, setelahnya menghempas tangan Aksa kasar.
"Gua gak ada waktu buat ngomong sama orang pembawa sial kaya lo,"
"T-tapi Keenan, ini penting. " Aksa melirik sebentar kearah kedua teman Keenan.
"Gak ada kata penting dalam kamus gua jika itu bersangkutan dengan lo."
"Bukan untuk Aksa tapi untuk Keenan,"
"Lo gak denger Keenan ngomong apa? Tuli lo? " ucap salah satu teman Keenan, Marvin.
"Sebentar aja Keenan, gak lama, lima menit? Ah, engga, tiga menit?"
"Bacot!"
Aksa seketika terbatuk, setengah badannya membungkuk, tangannya mencekal kuat perutnya yang baru saja di tendang oleh Keenan.
"Cabut guys," ajak Keenan setelahnya, Marvin dan Narren segera mengikuti Keenan, meninggalkan Aksa sendiri.
Aksa menatap kepergian Keenan bersama kedua temannya. Bisa di lihat dari sorot matanya bahwa ia mengkhawatirkan Keenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...