Aksa--lelaki itu berjalan tergesa di atas trotoar. Bagaimana ini? ia bisa terlambat ke sekolah.Seseorang di dalam mobil sana tersenyum smirk. Ia menjalankan mobilnya mendekati Aksa.
Byur!
Aksa terkejut, ia menatap bajunya yang sudah basah dan kotor.
"Sorry, gue sengaja." suara itu, Aksa mengenalnya. Itu suara mirip dengan suara---nah kan benar, itu Arka.
"B-bang Arka," tidak, di dalam sana tidak hanya ada Arka, tetapi ada--
"Duluan yaa..bye," Arka, lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sebelumnya ia memundurkan mobilnya dan melewati lagi genangan air itu sehingga membasahi baju Aksa.
"Ah--" Aksa refleks memundukan langkah, menatap mobil kakaknya yang sudah jauh di depan sana.
"Aish, padahal aku mau menebeng kalo boleh. Kalo sudah begini mau bagaimana? Lanjut jalan, pasti telat, mana baju basah kuyup dan kotor lagi." Aksa menepuk seragam putih yang berbalut jaket itu dengan kasar.
Satu tempat terlintas di otak Aksa, apa ia kesana saja? Pikirnya.
Di lain sisi, tepatnya di dalam mobil. Ada si pengemudi yang sedang tertawa terbahak-bahak. Pagi ini sangat menyenangkan pikirnya.
"Bang, apa itu gak keterlaluan?" tanya seorang lelaki berusia 17 yang duduk di kursi sebelahnya. Lelaki di balik kemudi itu menoleh, tawanya masih terdengar sesekali.
"Apa dek? Keterlaluan? santai kali, dia gak luka kok. "
"Ya tapi kan---"
"Yang ada dia yang keterlaluan, dia udah bikin orang tua gua berpisah, dia yang udah ngerebut Oma bahkan sampai Oma meninggal. Dan kalo Lo inget, mendiang ibu lo meninggal ga---"
"Stop bang, gak usah bahas itu. Gua gak mau inget-inget itu. Itu bikin hati gua sakit."
Lelaki di balik kemudi itu terdiam, ia jadi tak enak hati.
"Sorry," lirihnya, lelaki 17 tahun itu menoleh.
"Untuk?"
"Tadi,"
"Gua gak marah ko bang, gua cuma gak mau bahas orang yang udah gak ada."
*
Tok tok tok!
Seorang lelaki yang sedang sibuk membuka berkas demi berkas itu menoleh ke arah pintu. Matanya memicing, hingga setelah pintu itu terbuka senyumnya terukir.
"Permisi?"
"Dami?"
Lelaki yang menyembulkan kepalanya di balik pintu itu tersenyum. Ah-manis sekali.
"Aku--- ganggu gak bang?" tanya nya, membuat lelaki yang tengah memaki kacamata itu tertawa kecil. Hei, ingat kan dia, bahwa pintu ruangan ini terbuka lebar untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...