perundungan

4.1K 335 6
                                    

HALO SELAMAT MALAM

MAAF BARU BISA NEXT

.
.
.
.
.

Pagi-pagi buta, Aksa sudah berkutat di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi buta, Aksa sudah berkutat di dapur. Menyiapkan hidangan lezat untuk mereka sarapan. Tangan itu begitu lihai memotong sesuatu.

Sekitar 30 menit, hidangan yang Aksa siapkan sudah tertata rapi di atas meja. Senyumnya mengembang tipi. Semoga saja mereka suka. Pikirnya.

"Bang Arka? Bang, sarapan dulu. Sudah aku siapkan," ucap Aksa saat melihat Arka melewati meja makan begitu saja. Arka tak merespon, ia malah berjalan ke ruan tamu, mendudukkan dirinya di sana.

Aksa menghela nafas. Kakinya melangkah menghampiri Arka. Namun belum juga sampai di hadapan Arka, Aksa menghentikan langkah, ringisan kecil keluar dari bibir tipisnya. Tangannya bertengger di pinggang kanannya.

Kenapa sakit lagi? Padahal dirinya sudah meminum obatnya. Apa fungsi ginjalnua semakin menurun sampai-sampai meminum obat pun sudah tak mempan? Entahlah.

"Ya Allah sakit," ingin sekali ia menemui seseorang dan memeriksakan diri, tetapi ia takut.

Jauh dari tempat Aksa berdiri, seseorang memperhatikannya, keningnya mengernyit pelan.

"Ada apa dengan dia?"

"Selamat pagi..."

Aksa menoleh, di ujung tangga paling atas ada Darren dan Rayyan. Entah apa yang sedang mereka obrolkan. Keduanya menuruni tangga dengan beriringan.

"Bang Darren, bang Rayyan, selamat pagi. Sarapan dulu, Aku udah siapkan." ucap Aksa.

"Jangan pernah kalian menyentuh atau memakan masakan dia kalau kalian tidak ingin bernasib sama seperti anak bungsu Dika. Ah,anak sambung yang sudah Dika anggap anak kandung sepertinya." ujar seseorang seraya menuruni anak tangga.

"Ayah?" Lirih Rayyan pelan. Ya, itu Raffa.

Aksa menunduk. "T-tapi om, aku tida---"

"Bunda sudah pesan grabfood, mungkin sebentar lagi akan datang. Atau sudah datang, Arka sedang berada di ruang tamu. Kalian kesana saja, kita sarapan di sana. Bunda gak mau anak-anak bunda celaka."

Perih hati Aksa mendengarnya, Mona---wanita itu datang sembari berujar seperti itu. Apalagi tatapan Mona begitu sinis kepadanya.

"Ibuuu... Makanannya sudah datang. Ayok kita sarapan, Aku takut telat. " itu suara teriakan Arka.

"Nah, ayok sayang. Sarapannya sudah siap." Mona berjalan mendahului tanpa menoleh ka arah Aksa. Di susul oleh Raffa dan Darren. Kepala Aksa semakin menunduk, kenapa ia tidak di hargai sama sekali.

"Sa..."

Aksa mengangkat kepalanya, di sana Rayyan masih berdiri menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Aksa tersenyum, kepalanya menggeleng, meyakinkan Rayyan bahwa dirinya tidak apa-apa.

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang