tawanya

4.2K 350 34
                                    

ALOHAAAA....

AKSA KOMBEK GUYS

ADA YANG RAINDU?

"Bang Rayyan bilang, bang Arka udah gak pernah pulang kerumah ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bang Rayyan bilang, bang Arka udah gak pernah pulang kerumah ibu. Kenapa?"

Kini, Aksa tengah duduk berdua dengan Arka. Entahlah, bagaimana kejadiannya sampai-sampai mereka berdua bisa disini sekarang. Taman belakang rumah Dika, di temani dengan rembulan dan taburan bintang-bintang di langit.

"Bukan urusan lo."

Aksa tersenyum tipis, menatap Arka dari samping. Abangnya itu begitu tampan, perpaduan antara Mona dan Dika. Ahh--Aksa jadi iri. Aish! Jangan salah paham! Bukannya Aksa iri dengan ketampanan Arka, bukan. Melainkan ia iri dengan---bahwa Arka memang benar-benar anak biologis Dika dan Mona.

'Aksa jadi kangen ayah, ayah sedang apa ya? Apa ayah mikirin Aksa juga? Aksa benar-benar gak sabar untuk ketemu sama ayah. Semoga, ayah juga mencari Aksa.'

"Kasihan ibu bang, bang Rayyan bilang ibu selalu meracau memanggil nama Abang jika sedang tertidur. Ibu pasti merindukan Abang."

Arka terdiam.

"Abang marah sama ibu, karena apa?"

Lagi, Arka tak menjawab. Tiba-tiba pikirannya melayang, teringat dengan Mona yang meneriakinya bodoh di rumah sakit waktu lalu. Dan ya, semenjak hari itu, Arka tak pernah pulang. Bukannya tak mau, tapi jujur saja, Arka merasa sakit hati.

"Apa karena Aksa?"

"Kalau gua jawab iya, Lo mau apa?"

Kali ini, Aksa yang terdiam. Hingga dua detik setelahnya, kembali mengangkat suara.

"Kalau begitu, Aksa harus perbaiki semuanya. Maka dari itu, Aksa disini. Meminta Abang untuk temui ibu."

"Sejujurnya gua gak marah, gua cuma ngerasa sakit hati sama ibu. Ibu mana, yang meneriaki anaknya 'Bodoh' di tempat umum?"

Aksa terdiam, jadi karena ini? Ini sih belum seberapa. Tapi Aksa mengerti, Arka bukanlah Aksa yang telah terbiasa dengan lontaran kata yang menyakiti hatinya.

"Dan lo tau ibu berteriak seperti itu di tempat umum karena apa?"

Aksa menggeleng pelan.

"Karena lo sialan! Kalau aja lo gak pura-pura sakit, dengan drama kritis, koma dan semacamnya itu ibu gak akan berteriak seperti itu Sa asal lo tau. Dia marah, karena waktu itu gua gak tau dimana ruang rawat lo. Dia mikir, lo akan kabur karena..." Arka terdiam sejenak.

"Karena mikir kalau lo sengaja kabur untuk menghindar dari donor hati itu. Ibu marah, dan sialnya, dia neriakin gua bodoh. Dan itu semua karena lo, gara-gara lo."

Aksa terdiam, jujur saja hatinya sakit dan sedikit sesak. Ia tak pernah pura-pura. Sakitnya nyata. Kalau Mona berfikir seperti itu, Mona salah besar. Karena, sampai kapan pun ia tak akan pernah kabur. Ia memegang teguh janjinya.

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang