Halo?
Ada yang kangen gak?
Maaf yaa, lama update nyaa🙏
"AYAH..."Dika segera menoleh, senyumnya terukir indah. Diseberang sana, Aksa tengah berlari ke arahnya. Senyum Aksa sama-sama mengembang seperti senyum Dika.
Dika merentangkan tangannya, matanya berbinar menatap langkah Aksa. Aksa semakin menambah kecepatan larinya.
"AYAH..."
Dika manggut-manggut, tidak sabar ingin memeluk Aksa. Begitu pula Aksa. Namun, mata Dika seketika melebar, bergerak gelisah saat sebuah mobil truk melaju kencang ke arah Aksa.
"A---" suara Dika tercekat, ia ingin melangkah, berlari menyelamati Aksa tetapi tidak bisa. Langkahnya terasa berat, Dika menggeleng.
'Aksa stop nak, berhenti. Jangan lagi melangkah,'
Dika berharap Aksa dapat mendengar teriakan hatinya. Namun nihil, kaki Aksa masih terus berlari ke arahnya. Dika menggeleng ribut, berusaha melangkah. Namun lagi, langkahnya malah semakin terasa berat. Seolah, seluruh tubuhnya membeku.
BRUK!
BRAK!
entah, bagaimana kejadiannya. Tubuh Aksa terpelanting sangat jauh dari tempat Dika berada. Mulut Dika terbuka lebar, jantungnya seakan berhenti berdetak.
"AKSA..."
Dan entah bagaimana caranya, kaki Dika dapat melangkah lebih tepatnya berlari cepat ke arah Aksa. Dika merengkuh tubuh Aksa yang sudah di lumuri banyak darah. Dan itu, membuat lidah Dika kelu. Hatinya mencelos begitu saja.
"A-ak-sa..." lirih Dika, air mata menetes begitu saja, mengalir membasahi pipi Dika.
"A-ah-yah..."
Dika mengangguk, memeluk kepala Aksa dengan erat.
"Iya ini ayah nak, kamu bertahan ya sayang? Ayah akan segera bawa kamu kerumah sakit, kamu bertahan, sedikit saja."
"S-sak-kit yah," lirih Aksa, wajahnya yang penuh dengan darah itu terlihat sangat kesakitan.
"Tahan sebentar ya nak ya? Tahan, jangan tutup mata kamu dulu. Ayah akan menyelamatkan kamu. Tetap disini ya?"
"A-aksa sudah t-tidak kuat ayah. R-rasanya, seluruh tubuh Aksa s-sakit sem-mua. A-aksa ingin istirahat."
Dika menggeleng ribut, "enggak, kamu enggak boleh bicara seperti itu. Ayok, kita kerumah sakit. "
"Enggak, ayah jahat. Aku gak mau sama ayah. Aku benci ayah!" Suara sarkas itu membuat Dika terkejut, suara itu bukan berasal dari Aksa yang masih terkapar lemah di pangkuannya. Melainkan, suara anak kecil yang tengah berdiri tidak jauh dari tempat Dika dan Aksa berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
Ngẫu nhiênAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...