HELP
.
.
.
.
.Mona, wanita itu melangkah kakinya dengan cepat. Menuju satu ruangan. Setelah sampai, ia segera membuka pintu itu, memasuki ruangan.
Hal pertama Mona lihat adalah, selang infus yang tertempel di sebelah kiri, dan selang yang berhubungan dengan kantung darah menempel di tangan sebelah kanannya. Hidup lancipnya di padati depan kecil.
Dan sayangnya lelaki itu hanya sendirian. Miris.
"Ibu?" ucap lelaki itu lirih, bibir pucatnya tersenyum kecil. Mata satunya menatap senang ke arah Mona. Sementara Mona hanya menanggapinya dengan cara memutar bola matanya malas.
"Tidak usah pura-pura, saya tidak suka."
Lelaki itu mengernyit kecil, senyuman di bibirnya hilang perlahan.
"Maksud ibu?" lirihnya.
"Tidak usah pura-pura tidak tahu, kamu melakukan ini hanya demi mencuri perhatian saya kan? Jangan banyak drama Aksa. Saya tidak suka!"
Aksa menggeleng kecil, bagaimana bisa Mona berfikiran seperti itu. Apa Mona tidak lihat, wajah Aksa yang pucat? Apa Mona tidak lihat, selang infus yang menempel di tangan Aksa? Apa semua ini terlihat rekayasa?
"A-aksa tidak pura-pura ibu, A-aksa juga t-tidak berniat mencari perhatian ibu," lirih Aksa, matanya sedikit berkaca-kaca. Ia sakit, benar-benar sakit. Tapi, ia berusaha mencoba menahan rasa sakit itu di hadapan Mona, kalau Mona ingin tahu.
"Gak usah bohong Aksa, saya tau gimana busuknya kamu. Apa kamu fikir dengan cara seperti ini hati saya akan luluh? Tidak Aksa, justru saya semakin jijik dengan kamu."
Aksa terdiam, kepalanya tertunduk. Hatinya terasa perih. Ibu macam apa yang merasa jijik dengan anaknya?
"Kamu janji sama saya akan menjaga Rayyan, tapi kenapa bisa Rayyan tumbang."
Aksa mendelik, apa katanya? Rayyan tumbang? Kenapa Aksa tidak tahu?
"Kamu lihat, di sana, di ruang rawatnya. Rayyan sedang kesakitan. Tapi lihat kamu, kamu malah pura-pura sakit demi mencuri perhatian saya? Dimana hati nurani kamu Aksa?"
"Apa kamu tidak kasihan dengan Rayyan? Saya tidak habis pikir dengan kamu Aksa. Apa yang ada di pikiran kamu?" geram Mona.
"KENAPA KAMU MELAKUKAN INI?" teriak Mona, membuat Aksa sedikit terkejut.
"Apa kamu pikir biaya rumah sakit itu gak mahal? Tolong jangan Bebani saya Aksa. Kamu sakit? Oke, tapi kenapa kamu gak bisa tahan? Tahan sedikit aja Aksa. "
"Maaf, A-aksa minta maaf bu. T-tapi Aksa janji, A-aksa bakal ganti uang nya." lirih Aksa dengan suara yang bergetar. Kepalnya semakin menunduk.
"Apa dengan mengganti uang saya yang sudah kamu pakai untuk biaya rumah sakit akan cukup? Tidak Aksa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
CasualeAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...