ALOHAAAA....
AKU KOMBEK, YUHUU....
Aksa, tubuh lelaki itu bersandar pada tembok toilet sekolah. Wajah pucatnya di banjiri oleh keringat. Nafasnya sedikit tersenggal. Dengan tangan yang bergemetar, ia merogoh saku celananya. Mengambil tabung kecil berwarna bening.Banyak pil-pil yang berbeda warna di dalamnya. Tak sabaran, Aksa menumpahkan tabung itu hingga membuat obatnya tercecer. Mengambil beberapa obatnya yang berbeda warna itu satu persatu.
Glek!
Aksa menegaknya tanpa bantuan air. Setelah itu, tubuhnya merosot begitu saja. Matanya terpejam.
"Hah, hah..." lihatlah, lelaki itu kesulitan bernafas. Sehingga membuatnya sedikit membuka mulut guna untuk menghirup udara.
"Ibu..." lirihnya. Jujur saja, badanya terasa tidak karuan. Sakit di setiap titik di tubuhnya begitu terasa menyakitkan.
Sementara disisi lain, seorang lelaki tengah berkutat dengan lembar demi lembar kertas. Tak lupa, laptop di hadapannya.
'Ayah, sakit yah. Tolong.'
Lelaki itu terkejut bukan main, ia celingak-celinguk mencari asal suara. Tetapi, tidak ada siapa-siapa. Di ruangannya hanya ada dirinya seorang diri.
Berasal dari mana suara itu? Apa dirinya sedang berhalusinasi? Tetapi mengapa suara itu sepeti nyata? Jelas sekali.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan. Kembali fokus dengan kerjaannya. Tapi---
'Ayah, sakit yah. Tolong.'
---lagi, suara itu terdengar begitu jelas.
"Aksa?" pekiknya pelan. Dirinya kenal betul suara itu. Suara lembut namun lirih sering kali keluar dari celah bibir Aksa. Dan lelaki itu yakin, suara itu berasal dari Aksa.
Tapi, Tidak ada Aksa disini. Ada apa ini? Kenapa perasaan jadi tidak enak? Apa terjadi sesuatu dengan Aksa?
"Ahh, Dika. Kamu mikir apa sih?" ucap lelaki itu, memukuli kepalanya pelan. Ia berusaha fokus. Tetapi, tidak bisa. Wajah kesakitan Aksa malah terbayang.
"Agrrhh, sialan! Pergi! Kenapa kamu selalu saja mengganggu. Pergi! Aghhh..." Dika kesal, ia menjambak rambutnya kasar. Nafasnya sedikit memburu. Dada nya terlihat naik turun.
"Kenapa sih, ada dan tidak adanya kamu. Selalu saja mengganggu pikiran. " geramnya. Semakin berusaha untuk menghilangkan bayang-bayang Aksa. Justru wajah Aksa semakin terlihat jelas.
"Agrhh..."
Prang.
Dika menyapu habis barang yang tertata di atas meja. Lihatlah, barang itu sudah tercecer di mana-mana. Ruang kerjanya terlihat begitu berantakan. Bangku yang sedari tadi ia duduki, sudah terbalik saat Dika bangkit dan menendangnya kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
De TodoAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...