Huek.Uhuk.
Wanita itu, Mona. Tengah membungkuk, memuntahkan segala isi perutnya di wastafel. Tidak, tidak ada yang keluar, hanya cairan bening saja yang keluar. Sungguh, Mona benar-benar di buat lemas karena hal ini.
"Mona?"
Eh?
Mona segera menoleh setelah membasuh bersih mulutnya dengan air. Seorang lelaki tampak berdiri di belakangnya. Mona terkejut, tentu Saja. Beruntung, ini bukan di dalam toilet.
"F-farhan?"
"Kamu tidak apa-apa?"
Mona sedikit menggeleng, wajahnya terlihat pucat. Bahkan bulir-bulir keringat mulai bercucuran membasahi pipi Mona.
"Kamu lelah sekali sepertinya, ayok saya bantu kamu untuk duduk."
Mona tak menolak. Ia biarkan saja Farhan memapah, menuju kursi yang mengelilingi meja.
"Minum dulu," titah Farhan seraya menyodorkan satu gelas air minum yang ia ambil dari atas meja kepada Mona. Mona meneguknya.
Jangan tanya mereka dimana. Mereka berdua sedang berada di acara reuni. Ya, Farhan adalah sekolah Mona dulu.
"Minum lagi?"
Mona menggeleng, perutnya bertambah mual, di tambah kepalanya yang tiba-tiba saja pusing. Pandangannya terlihat berputar, Mona mengerejapkan matanya seraya memijit keningnya pelan.
"Kenapa?"
"Enggak tau, tiba-tiba saja pusing."
"Mau aku pijat?"
Mona menggeleng, "Tidak usah Farhan,"
"Tapi kam---"
"Tidak, mungkin ini hanya masuk angin biasa."
Farhan manggut-manggut. "Sebentar," Farhan berlalu, namun tak lama kemudian ia kembali sembari membawa satu gelas yang berisi air berwarna coklat.
"Ini, jamu, kamu minum ya. Siapa tau, pusing dan mualnya hilang."
Mona menurut saja, ia segera meneguk air itu dengan rakus. Ya, air itu habis seketika. Diam-diam, Farhan tersenyum tipis.
"Mona kenapa?" tanya Farhan saat melihat Mona yang meremas rambutnya kasar. Mona tak menanggapi.
Pandangannya berbayang, semuanya seolah berputar, bahkan suara-suara yang sedari tadi berisik di pendengaran Mona, hilang dalam sekejap. Telinganya berdengung panjang.
"Mona, Mona dengar saya, kamu tidak apa-apa?"
Tidak, bahkan, Mona sama sekali tidak mendengar suara Farhan.
Bruk!
Tubuh Mona limbung begitu saja ke arah samping. Dengan cepat, Farhan menangkapnya.
"Mona!" ucap Farhan sedikit terkejut, namun setelahnya tersenyum tipis seraya memandang wajah Mona yang terpejam damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...