Sendirian

3.9K 312 5
                                    

Semilir angin malam menembus, menusuk kulit Aksa yang kini tengah meringkuk di depan pintu rumah mewah dan megah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semilir angin malam menembus, menusuk kulit Aksa yang kini tengah meringkuk di depan pintu rumah mewah dan megah itu. Seragam sekolah pun masih melekat di tubuhnya.

Air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan, tangannya memeluk dirinya sendiri. Kejadian beberapa saat yang lalu sebelum Darren kembali kerumah sakit berputar di dalam otaknya.

"Assalamualaikum,"

Aksa memasuki rumah mewah itu dengan kepala menunduk, Aksa tahu di dalam ada Darren. Mobil ya terparkir rapi di halaman depan.

"Masih berani Lo nunjukin diri lo di depan gua setelah apa yang lo perbuat hah?"

Kepala Aksa semakin menunduk, suara tegas dan datar milik Darren membuat nyali Aksa ciut. Sungguh, di antara semua abangnya, yang paling ia takuti adalah Darren dan Arya.

"M-maaf," lirih Aksa, entah untuk apa. Tapi Aksa merasa dirinya perlu meminta maaf.

Darren berdecih. "Gua gak butuh maaf lo, yang gua butuh lo menghilang dari hadapan gua atau bahkan bumi ini. Hidup lo itu cuma bisa bawa sial. Ibu gua mati gara-gara lo, sekarang adek gua masuk rumah sakit juga gara-gara lo. Kok ada ya manusia jahat dan gak punya hati kayak lo?"

Tangan Aksa saling meremas satu sama lain, tubuhnya sedikit bergetar.

"Gua mau balik kerumah sakit, malam ini lo gak boleh tidur di dalam. Itu hukuman buat lo."

Aksa mendelik. Apa katanya? Tidak boleh tidur di dalam? Terus Aksa harus tidur dimana?

"B-bang, ma---" kepala Aksa mendongkak, memberanikan diri menatap Darren yang kini tengah menatapnya datar.

"Kurang jelas? Selama Rayyan di rumah sakit lo gak boleh tidur di dalam anak sial. lo ngerti?"

"A-aku harus tidur dimana bang? Jadwal minggu ini, aku tinggal bersama ibu bukan ayah. Kalau aku gak tidur disini lalu aku tidur di mana? Rumah ayah? Ayah pasti menolak bang."

"Gue gak peduli, mau lo tidur di kolong jembatan sekali pun. Intinya, sebelum Rayyan pulang dari rumah sakit lo gak boleh masuk kedalam rumah ini. Lo paham? Anggap aja ini hukuman karena lo udah nyelakai adek gue."

"Kalau lo sampe ngelanggar, gua pastiin hukuman lo akan lebih berat dari ini. Keluar sekarang!"

"Bang..." lirih Aksa.

"KELUAR SIALAN!"

Tubuh Aksa di dorong kasar oleh Darren keluar rumah, setelah berhasil mengeluarkan Aksa. Darren segera mengunci pintu dan dia sudah pastikan baik pintu maupun jendela sudah terkunci jadi Aksa tidak bisa masuk.

"Terserah lo mau tidur dimana malam ini. Kalau gua boleh saran, lo mending pergi yang jauh dan gak usah balik lagi." Darren, lelaki itu meninggalkan Aksa begitu saja.

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang