Good Bye

8K 381 73
                                    

Dika, lelaki itu melangkah perlahan memasuki ruang rawat Calista dengan tatapan mata yang kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dika, lelaki itu melangkah perlahan memasuki ruang rawat Calista dengan tatapan mata yang kosong. Di belakangnya, ada Keenan serta Zaidan.

"M-mas D-dika..." lirih Calista, keningnya sedikit mengerut. Ada apa? Kenapa suaminya itu terlihat sendu? Kenapa suami serta anaknya memakai baju serba hitam?

"Mama," Keenan segera menghambur, memeluk Calista. Hingga beberapa detik setelahnya, Isak tangisnya terdengar.

"A-ada apa?" tanya Calista, perasaannya jadi tidak enak. Ia menatap Dika yang kini sudah terduduk bersama Zaidan, dengan kepala yang tertunduk dalam.

"K-kenapa pakaian kalian hitam-hitam? S-siapa ya---"

"Anakku sudah meninggal, apa kamu puas sekarang Calista?"

Calista terdiam, siapa? Siapa yang meninggal? Arya? Arka? Aksa atau bayi nya yang baru saja di lahirkan?

"Anakku mati dan itu gara-gara kamu!" teriak Dika, membuat tangis Keenan kian pecah. Lelaki itu semakin menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Calista.

"Anakku pergi hiks, anakku pergi sebelum aku meminta maaf. D-dia pergi membawa semua lukanya, dia pergi dalam keadaan bertanya-tanya siapa ayahnya. Dia sudah pergi Calista hiks. Dia pergi karena kesalahan aku Calista hiks. A-aku, aku harus bagaimana Calista hiks."

"M-maksud kamu...A-aksa?"

Hati Dika mencelos begitu saja saat mendengar Calista menyebut nama Aksa. Dirinya masih tidak percaya bahwa anaknya, sudah tidak ada.

"Dia terluka. Dan sialnya, dia pergi tanpa sempat lukanya terobati hiks."

Mata Calista memanas, ia menatap Zaidan, seolah meminta lelaki itu keyakinan bahwa semua ini hanya-lah bualan. Tetapi nyatanya, Zaidan hanya terdiam dengan air mata yang sesekali menetes.

"K-kamu bercanda kan mas? G-gak mungkin A-aksa pergi gitu aja. A-aku belum sempat m-meminta maaf. A-aku---"

Dika bangkit, ia menatap Calista dengan wajah yang sudah basah akibat air mata.

"Aku yang menguburkannya Calista. T-tubuh anakku tertimbun tanah dan aku tidak bisa apa-apa. Ah, seharusnya aku tidak membiarkan tubuhnya tertimbun. Dia pasti kesakitan bukan? A-anakku kesakitan Calista hiks. Anakku pergi karena ulah ku sendiri."

"H-hentikan mas, A-aku ingin bertemu Aksa. A-aku ingin meminta maaf."

"PERCUMA CALISTA! ANAKKU SUDAH PERGI! ANAKKU MATI DAN ITU SEMUA GARA-GARA KAMU! KAMU PENYEBABNYA, KAMU PEMBUNUH!"

Calista menggeleng kuat, wajahnya terlihat sembab. Tidak, dirinya bukan pembunuh. Tapi---Calista akui, semua ini karena ulahnya.

"Anakku mati hiks, Anakku mati haha. Anakku sudah mati, apa kamu puas Calista? A-anakku pergi...hahaha, tidak anakku masih hidup. Dia hanya tertidur, sebentar lagi juga bangun. Tunggu saja. Iya, anakku tidak mati. Ma-ti hiks, A-anakku mati."

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang