Aksa atau Rayyan?

4.1K 327 14
                                    

SELAMAT MALAM:)
.
.
.
.
.
.
.
.

Seorang lelaki menyusuri lorong rumah sakit, wajahnya terlihat pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang lelaki menyusuri lorong rumah sakit, wajahnya terlihat pucat. Seragam sekolah yang masih di kenakannya pun terlihat berantakan. Bibir tipisnya sesekali meringis, sakit di kepala sejak tadi tidak berhenti.

Ia melangkah, menuju salah satu ruangan. Setelah sampai, ia segera mengetuk pintu ruangan itu.

"Masuk," jawab seseorang di dalam sana, ia segera membuka pintu itu dan menyembulkan kepalanya sedikit. Dapat dia lihat, orang itu tengah sibuk merapihkan berkas-berkas yang mungkin, itu adalah data-data pasien di bawah penanganannya.

"Dami?" ucap orang itu. Lelaki yang  barusan di panggil Dami itu hanya tersenyum.

"Masuk Dami,"

Dami---lelaki itu mengangguk pelan namun setelahnya meringis. Gerakan  kepalanya dapat menimbulkan rasa sakit. Orang itu segera mendekati Dami.

"Dami? Kamu gak apa-apa? Duduk, duduk,"

Orang itu---Rio, segera menuntun Dami untuk duduk di salah satu kursi. Setelah memastikan Dami duduk dengan benar dan nyaman, Rio segera mendudukkan dirinya di hadapan Dami.

"Ada apa kamu kesini Dami, ini bukan jadwal chek up mu kan?" Dami menggeleng pelan.

"Lalu? Apa kamu berubah pikiran untuk---"

"Aku kesini hanya untuk membeli obat bang, obat ku habis." ucapnya lirih. Rio menghela nafas.

"Lalu, untuk apa kamu temui Abang? Obat itu tersedia di apotek Dami. "

"Ada yang perlu aku tanya juga sama Abang,"

"Apa?"

Hening.

Dami, meremas tangannya satu sama lain. Ia gugup, ingin sekali ia menanyakan tentang apa yang dia rasa selama ini, tapi jujur saja dia takut.

"Dami? Ada apa? Cerita sama Abang," Dami menghela nafas pelan, ia menundukkan kepalanya.

"Sebenarnya aku takut untuk menanyakan ini bang, tapi aku perlu tau, aku perlu tau sudah sejauh mana makhluk kecil itu menggerogoti tubuhku. "

Rio terdiam, ia menatap Dami dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.

"Dami?"

"Aku gak tau ini salah satu gejala atau bukan, tubuhku sering banget lebam tiba-tiba. Dan itu sakit, a-apa itu gejala dari penyakit itu bang?

Rio mendelik tak menyangka. Lebam? Apa sudah sejauh itu? Rio segera bangkit, ia mendekati Dami.

"B-boleh Abang lihat?"

Dami mengangguk, ia segera membuka jaketnya, dan di situ mata Rio terbelalak, ada beberapa lebam di lengan Dami.

"Bang?"

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang