Brak!Suara dentuman begitu nyaring terdengar, ban mobil itu berdecit kencang bersahut-sahutan dengan teriakan orang sekitar. Mobil itu berguling-guling di jalanan. Sementara satu mobil lainnya menabrak pohon besar di pinggir jalan.
Tabrakan. Begitulah orang-orang menilainya. Tak berselang lama suara sirine ambulance terdengar.
"O-oma--" lirih anak laki-laki berusia 6 tahun itu. Matanya melirik wanita di sebelahnya yang kini sudah terpejam, wajahnya berdarah-darah.
Anak itu meringis pelan, demi tuhan sekujur tubuhnya terasa sangat sakit apalagi bagian pinggang kiri.
"O-oma b-bangun, A-aku takut sshh.." tubuhnya di angkat oleh seseorang, perlahan tapi pasti, matanya mulai terpejam. Benar-benar terpejam setelah ia di masukkan kedalam mobil ambulance.
***
Terlihat seorang wanita bersama anak laki-laki berusia 12 tahun itu berlari tergesa-gesa memasuki bangunan rumah sakit. Wajahnya terlihat...ah--khawatir,takut,sedih.
"Ibu," lirih wanita itu,air mata tak hentinya terjatuh. Tubuhnya bergetar hebat. Bagaimana tidak, baru saja ia di kabari oleh pihak rumah sakit bahwa sang ibu mengalami kecelakaan parah. Anak mana yang tidak lemas mendengar kabarnya.
"Dimana? Dimana ibu saya?" ucapnya kalut.
"Maaf?"
"Sarah, nama ibu saya Sarah. Yang belum lama masuk kesini karena mengalami kecelakaan."
Suster itu manggut-manggut, tangannya sibuk membuka lembaran demi lembaran kertas guna mencari nama Sarah.
"Sarah Adelicia?"
Wanita itu---Mona, mengangguk ribut, air matanya jatuh kembali. Ah-perih rasanya.
"Ada di ruang ICU, ibu lurus setelah itu belok kiri."
Mona--wanita itu segera berlari tergesa menuju ruang ICU, sebelumnya ia menuntun lengan sang anak. Arya.
"Ibu? Oma?"
"Syuutt, Oma baik-baik saja sayang. Oma baik-baik saja okey? Arya jangan takut." tidak, sebenarnya kata itu untuk menguatkan dirinya sendiri.
Tes!
Lagi, air mata Mona mengalir tanpa seizinnya. Mona berusaha menahan isakkan. Ia berusaha tegar.
"Bang Arya," lantas,Mona dan Arya menoleh. Disana, Arka sedang berlari ke arahnya. Jauh di belakang sana ada Dika.
"Ibu..hiks," tangis Arka pecah begitu saja setelah Mona memeluknya.
"Sayang? Syuutt, jangan menangis nak."
"Oma hiks, Oma kenapa? Oma baik-baik saja kan Bu?"
Mona mengangguk, ia melepas pelukannya setelah itu menghapus lembut derai air mata Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
CasualeAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...