HALOOOO.
SELAMAT MALAM.
AYAM KOMBEK YUHUUU....
ADA YANG RAINDU?
TTIDAK YA? YASUDAHLAH TIDAK APA-APA:)
Sudah tiga hari, tubuh itu terbaring lemah di ranjang pesakitan. Selama itu juga matanya enggan terbuka, banyak alat medis yang menempel di tubuh ringkih nya. Salah satunya, masker oksigen dan infusan.Di samping ranjang, ada seorang lelaki yang tengah berdiri sembari menggenggam jari jemari orang yang tengah terbaring itu dengan lembut. Tatapan matanya sayu, memancarkan sarat akan ke-khawatiran, ketakutan dan sebuah harapan.
"Dami..." Lirihnya, orang itu mengusap lembut puncak kepala lelaki yang masih damai dalam pejamnya.
"Ini Abang, apa kamu tidak capek tidur terus? Bangun Dami, Abang rindu. Apa mimpi kamu begitu indah sehingga membuat kamu enggan membuka mata? Apa kamu lelah? Tidur lah Dami, tapi janji sama Abang kamu harus balik lagi kesini. Jangan lama-lama disana Dami."
Lelaki yang masih lengkap menggunakan jas putih nya itu menunduk, berusaha menahan tangis.
'tuhan, jangan kau ambil dulu nyawa nya. Biarkan dia bersama kami lebih lama lagi, setidaknya..biarkan dia bertemu dengan ayah kandungnya dahulu. Hamba sayang padanya tuhan, hanya kepadamu hamba meminta.'
Lelaki yang masih setia menggenggam jari jemari Dami---ah, lebih tepatnya Aksa, itu berjengkit kaget saat tiba-tiba sebuah tangan mencekal pundaknya.
"Ahh, papi? Bikin kaget aja," lelaki itu mencebikkan bibirnya, mengusap dadanya pelan. Kesal dengan sikap sang papi. Sementara orang itu hanya cengengesan, namun tatapannya berubah sendu saat melihat ke arah Aksa.
"Oh tuhan, anakku..." lirihnya, orang itu mendekati brankar, menggenggam jari jemari Aksa yang terbebas dari infusan itu dengan lembut. Sementara sebelah tangannya lagi ia gunakan mengusap Surai Aksa dengan lembut.
"Bagaimana dengan keadaan bayi beruang ku Rio? Apa ada perkembangan?" Orang itu menatap lelaki yang sudah lebih dulu ada di ruangan ini bersama Aksa. Iya, itu Rio. Dan lelaki yang baru saja datang itu adalah Farris.
Rio menggeleng pelan. Setelah melihat respon Rio, Farris terdiam. Ia kembali menatap Aksa. Lihatlah, wajah itu terlihat pucat dan pipi itu lebih tirus dari sebelumnya.
"Penyakit itu jahat ya sama kamu? Sakit ya sayang? Bertahan ya? Ayah akan melakukan apapun untuk kesembuhan kamu, ayah akan selalu ada di samping kamu jika kamu membutuhkan sesuatu. Jadi, ayah mohon kamu bangun heum? Kamu bilang kamu ingin jalan-jalan sama ayah, jangan lama-lama tidurnya nanti ayah rindu." lirih Farris, Rio yang mendengar itu segera menundukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
AcakAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...