Kesakitannya

4.7K 388 53
                                    

ALOHAAAA.....

AYAM KOMBEK YUHU....

SELAMAT MALAM:)

Kedua tangan Aksa saling meremas satu sama lain, di hadapannya ada Mona dan Dika yang sedang beradu mulut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua tangan Aksa saling meremas satu sama lain, di hadapannya ada Mona dan Dika yang sedang beradu mulut.

"Enggak ya mas, aku lebih butuh dia untuk menjaga Rayyan. Kamu kan tahu, Rayyan sedang sakit. Jadi aku butuh dia."

"Calista sedang hamil besar, saya butuh dia untuk jaga-jaga jika saya tidak ada di rumah. Rayyan sakit? Itu urusan mu, bukan urusan saya."

Mona menggeleng ribut, ia sempat bingung saat Dika menelfonnya mengajak bertemu dengannya, serta meminta untuk dirinya membawa Aksa.

Yaa, disinilah Mona. Di sebuah cafe tidak jauh dari rumah sakit tempat Rayyan di rawat.

"Sekali tidak ya tidak mas, kamu gak usah ngatur. Aku ibunya Aksa, jadi Aksa berhak ikut bersama ku."

"Untuk apa ikut bersama kamu, jika ujungnya hanya untuk menjaga anak tiri kamu itu?"

"Apa mas gak sadar? Mas gak ada hak untuk Aksa. Bukannya mas sendiri yang bilang kalau Aksa bukan anak kandung mas? Yasudah kalau begitu, dia gak berhak ikut sama mas, apalagi hanya untuk menjaga Calista. "

"Dia berhak ikut saya itung-itung untuk membalas Budi semua kebaikan yang saya beri buat dia."

Mona berdecih, "Kebaikan? Kebaikan apa?"

Dika terdiam, ia sempat berfikir sejenak. Benar juga, apa yang sudah dirinya lakukan untuk Aksa?

"Pokoknya, aku gak izinin Aksa untuk tinggal sama kamu lagi. " ucap Mona.

"Kamu egois Mona."

"Bukannya yang egois itu kamu mas?" 

Dika berdecih, "Ibu macam apa kamu, yang tega mempunyai pikiran untuk mengorbankan anak kandung demi anak tiri. "

"A---" Mona hendak mengangkat suara, namun urung, saat suara lirih Aksa terdengar.

"I-ibu...A-ayah..." panggil Aksa dengan lirih dan sedikit bergetar. Mona dan Dika sama-sama menoleh.

Hal pertama yang mereka lihat adalah, wajah Aksa yang pucat serta peluh keringat yang mengalir membasahi pipi. Tubuh itu, sedikit bergemetar.

"M-maaf, A-aksa tidak sopan m-memotong pembicaraan kalian. T-tapi, A-aksa benar-benar sudah t-tidak kuat. A-aksa izin ketoilet." ucap Aksa terbata-bata. Penyakitnya kambuh, dan itu benar-benar menyiksa Aksa. Jadi, tanpa sepertujuan Mona dan Dika, Aksa segera bangkit dari duduknya dan berlalu begitu saja.

Mona memutar bola matanya malas, berbeda dengan Dika yang tak pernah lepas menatap langkah Aksa yang tertatih.

'Ada apa?' batin Dika, ia ingin mengikuti, namun suara Mona terdengar.

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang