ALOHAA.....
SELAMAT MALAM:)
AKU KOMBEK, YUHUUU.....
Lama dirinya mendekam di toilet sekolah. Sampai-sampai ia tidak sadar, bahwa bel pulang sudah berbunyi sedari tadi.
Aksa melangkah tertatih, nyeri di area pinggang kanannya masih terasa. Bibirnya tipisnya sesekali mengeluarkan ringisan kecil. Setelah sampai di depan gerbang rumah Raffa, Aksa cepat-cepat menegakkan tubuhnya. Melangkah seperti biasa, seolah-olah ia baik-baik saja.
Ragu Aksa memasuki rumah Raffa, takut akan dengan hal-hal yang tidak ia inginkan sama sekali. Takut bertemu dengan Mona, takut bertemu dengan Arya. Kening Aksa mengerut saat merasakan tidak adanya kehidupan. Kemana semua orang?
Brak!
Bruk!
"Agrrhh..." teriakan frustasi serta suara barang-barang yang berjatuhan terdengar begitu jelas di gendang telinga Aksa.
"Bang Darren," pekiknya pelan, ia yakin itu suara Darren. Buru-buru Aksa melangkah, mengabaikan rasa sakitnya. Menurutnya, Darren lebih penting.
Benar saja, saat Aksa menapaki lantai dapur. Barang-barang terlihat berserakan. Ada apa? Pikir Aksa. Jauh di pojokan sana. Darren tengah mencengkeram kuat meja dapur yang terbuat dari keramik. Wajahnya memerah. Aksa masih terdiam, melihat dengan seksama gerak-gerik Darren.
Mata Aksa di buat terbelalak saat tangan Darren mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Buru-buru Aksa melangkah, menghampiri Darren, sebelum benda kecil berbentuk lonjong itu Darren teguk bersamaan dengan air.
Prak!
Aksa menepis benda kecil berwarna putih itu dari tangan Darren, sehingga benda itu jatuh ke lantai. Darren yang melihat itu sedikit terkejut, dengan cepat ia melirik ke arah Aksa. Tangannya semakin di buat terkepal.
"Sialan!" tanpa aba-aba, Darren langsung menerjang tubuh Aksa. Memukulinya dengan membabi buta.
"Lo dimana saat adek gua jatuh collapse di sekolah tadi hah? Sialan! Bocah gak tau di untung! Gara-gara lo, Adek gua harus kembali masuk rumah sakit!"
Dalam sakitnya di pukuli oleh Darren, Aksa bertanya-tanya. Rayyan collapse? Ah--kenapa dirinya tidak tahu?
"Lo dimana bangsat! Gua udah bilang, jaga adek gua, jangan sampai di jatuh collapse, Lo tau kan besok jadwal kemoterapi dia. Kalo dia collapse begini, kemoterapi itu tidak akan di lakukan. Apa lo mau nanggung semuanya hah? Sialan!"
Darren belum puas, ia terus memukuli wajah Aksa. Padahal, wajah itu sudah terlihat lebam dimana-mana. Bahkan, wajah kesakitan Aksa tidak Darren hiraukan. Yang ada di dalam fikirannya sekarang hanyalah Rayyan, Rayyan dan Rayyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...