"AKSA!"
"SIALAN!"
tubuh Aksa menghantam lantai saat seseorang mendorongnya dengan kencang. Itu Zaidan.
Bugh!
Sudut bibir Aksa mengeluarkan sedikit darah saat Zaidan membogemnya dengan keras. Banyak yang berteriak melihat aksi Zaidan. Tetapi, mereka semua hanya diam tidak menolong. Salah satunya---
"Dami," lirih seseorang.
---Rio, Aksa yakin itu suara Rio.
"Untuk apa lo datang kesini kalau cuma cari keributan?" wajah Zaidan memerah, urat-urat di lehernya begitu menonjol.
Aksa---lelaki itu hanya terdiam, menundukkan kepala. Bibirnya meringis pelan tanpa di ketahui oleh siapa pun. Belakang pinggangnya terasa perih, Aksa yakin pinggannya terluka akibat goresan benda tajam. Belum lagi sudut bibirnya yang berdenyut.
"M-maaf bang..." lirih Aksa.
"AGRHHH SIALAN!" Zaidan jadi tidak fokus karena Calista terus meringis. Dan sialnya, Dika hanya diam saja.
"BEGO!" Zaidan segera mengangkat tubuh Calista, membawa pergi. Mungkin kerumah sakit. Tapi sebelum pergi Zaidan sempatkan---
"Urusan kita belum selesai, kalau sampe terjadi apa-apa dengan nyokap dan calon adek gua. Lo bakal tanggung akibatnya."
---untuk mengancam Aksa.
Keenan yang sedari tadi diam segera menghampiri Aksa. Mengangkat dagu Aksa lalu---
Plak!
---tangan lebar dan kekar milik Keenan mendarat di pipi tirus milik Aksa. Entah, apa karena tubuhnya yang memang sudah mulai melemah atau tamparan Keenan yang terlalu kuat, kepalanya jadi berdenyut.
"PUAS LO HAH? PUAS? PUAS BUAT KELUARGA MALU? PUAS NYELAKAI NYOKAP GUA? PUAS MEMBUAT ACARA ULANG TAHUN GUA JADI KACAU? PUAS?" nafas Keenan memburu. Tangannya mengepal, ingin sekali ia menghabisi Aksa. Tetapi ia ingat, Calista masih membutuhkan pertolongan.
"Kalo emang lo punya dendam, jangan ke nyokap gua sialan!" Keenan berlalu begitu saja, sebelumnya ia menendang kencang perut Aksa berhasil membuat Aksa terbatuk-batuk.
Sementara jauh dari tempat Aksa berada, Mona tengah berusaha menahan amarahnya. Tangannya terkepal kuat, wajahnya memerah. Antara marah dan malu. Ia melangkah perlahan mendekati Aksa.
"Bangun, ikut saya." Tangan Mona menarik paksa lengan Aksa.
Mona mencekal lengan Aksa dengan kuat, Aksa di buat meringis dengan kelakuannya.
"Ibu, jangan marah. Aksa bisa jelasin, Aksa tidak sengaja." lirih Aksa, namun Mona tak peduli. Baginya, Aksa tetaplah bersalah.
"Dami..." lirih Rio, saat Mona menarik Aksa melewatinya. Aksa hanya menatap Rio tanpa bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...