ALOHAAAAA.....
SELAMAT MALAM.....
AKSA KOMBEK!
Pagi-pagi sekali, Aksa sudah berkutat di dapur. Bibir tipisnya sesekali meringis pelan saat merasakan sakit di titik-titik tertentu di tubuhnya.Iya, Aksa akan memulai aktifitas seperti biasa. Menyiapkan sarapan untuk Mona dan yang lainnya.
"Aggh.." Aksa membungkuk dengan sebelah tangan mencekal pinggiran meja dan sebelah tangannya lagi mencengkeram kuat belakang kepalanya. Ia menepuk belakang kepalanya pelan.
Aksa mengerejapkan matanya berkali-kali guna menghalau rasa sakit. Setelah di rasa baikan, Aksa kembali melanjutkan aktivitas nya.
--------
Akhirnya, setelah menghabiskan waktu sekitar 45 menit. Sarapan yang Aksa buat sudah siap, bahkan sudah tertata rapi di meja. Tidak lupa, obat yang harus Rayyan minum tiap paginya juga Aksa siapkan.
Aksa menghela nafas berkali-kali, keringat mengalir begitu saja dari pelipis. Padahal bisa di bilang, cuaca pagi kali ini tidaklah panas.
Huek!
Aksa buru-buru menutup mulutnya saat sesuatu di dalam perutnya terasa ingin keluar. Ia berlari ke arah kamar mandi. Tetapi, langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar mandi. Kejadian menyakitkan yang Aksa terima seolah memaksa berputar di dalam otak Aksa. Sekuat tenaga, Aksa menahannya.
Ia berbalik arah, berlari menuju arah wastafel. Memuntahkan segala isi perutnya. Tidak, tidak ada apa-apa hanya sedikit cairan bening yang bercampur dengan cairan merah.
Hah?
Mata Aksa melebar, cairan merah? Ada apa lagi dengan dirinya? Apa penyakitnya sudah semakin parah? Atau ada penyakit lain yang bersarang di tubuhnya?
'Ya Allah, apa lagi ini?'
Buru-buru Aksa menyalakan kran, membersihkan wastafel itu sebelum orang-orang datang dan mengetahui kondisinya. Ia membasuh mulutnya dengan air. Setelah di rasa cukup, Aksa berlalu, berjalan ke arah kamarnya. Ia harus segera siap-siap berangkat ke sekolah, sebelum terlambat.
Ini, pertama kali nya Aksa kembali memulai sekolah setelah satu Minggu lebih, bolos. Dan Aksa tidak ingin terlambat, Aksa takut, itu semua akan menjadi masalah.
********
Suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring begitu terdengar. Mereka, ya mereka. Mona, Raffa, Rayyan, Darren, Arya dan Arka tengah menikmati sarapan dengan hikmad. Tak ada yang bersuara selama sarapan di lakukan, hingga satu suara decitan kursi terdengar. Mereka semua menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...