Kantin rumah sakit kali ini terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang yang sedang makan dan beristirahat. Salah satunya Arya, lelaki itu tengah menyantap makanannya bersama salah satu teman SMA nya yang sekarang sama-sama berprofesi sebagai seorang dokter.Arya melahap makanannya,sesekali matanya melirik temannya yang hanya diam seraya mengaduk-aduk makanannya.
"Yo? Kenapa?" tanya Arya penasaran. Temannya itu tak menyahut. Arya semakin di buat bingung. Apa temannya itu kemasukan sesuatu? Jin, misalnya? Arya bergidik.
Tapi jika di lihat-lihat, wajah temannya itu sepeti bingung,takut dan bertanya-tanya. Ada apa?
"Yo? RIO ARGANTARA?" teman Arya itu sedikit terkejut, ia melirik Arya sebentar setelahnya melanjutkan kegiatan mengaduk-aduk makanannya.
"Ada masalah?"
"Kaya nya ada yang salah dengan tubuh dia Ar,"
Arya mengernyit, dia? Dia siapa?
"Dami maksud lo?"
Rio--lelaki itu mengangguk pelan.
"Kenapa lagi?"
"Gua udah pernah cerita kan kalau dia dari kecil hanya memiliki satu ginjal?"
Arya mengangguk, yaa dia ingat saat Rio datang kepadanya dengan raut wajah yang sama seperti barusan. Dengan segala paksaan Arya akhirnya Rio mau menceritakan.
"Heum lalu?"
"Ginjal dia sudah tidak berfungsi 100 persen Ar. Gimana? Gimana caranya agar gua bisa tetap menahan dia disini? Belum lagi setengah jam yang lalu gua nemuin dia pingsan di toilet dengan hidung yang mengeluarkan banyak darah."
Arya membulatkan matanya, apa katanya tadi? Pingsan dan mengeluarkan banyak darah dari hidungnya? Maksudnya?
"Maksud lo dia mimisan?"
Rio mengangguk lemah, "ada apa lagi ini Ar? Apa belum cukup dia tersiksa dengan hanya memiliki satu ginjal? Demi tuhan, gua sayang dia, gua gak mau kehilangan dia. Dia udah gua anggap sebagai adik kandung gua sendiri Ar." ucap Rio frustasi. Arya terdiam, tangannya terangkat mengelus pundak Rio.
"Kenapa lo ngomong gitu?
"Gua ngomong gitu karena gua ngerasa...ada yang salah dengan tubuhnya Ar," ucap Rio melemah, ia menundukkan kepalanya.
"Positif thinking aja Yo, semoga apa yang lo rasain gak benar-benar terjadi. "
"Semoga,"
"Gua salut sama dia Yo, dia kuat banget hidup dengan satu ginjal. Kalo gua jadi dia, mungkin gua udah nyerah dari dulu. Apalagi, gua dengar dari cerita lo, dia seperti hidup sebatang kara walau ada keluarga. "
"Ya, gua juga salut sama dia Ar. Dia hebat, dia mampu bertahan tanpa dukungan keluarga, dia mampu melewati ini semua sendirian. "
"Gua pengen banget ketemu sama dia Yo, boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...