Hy guys:)
Aksa comeback yuhuu🤗
Aish, udah berapa hari nih aku gak up?
Kangen gak?
•••••
Aksa, lelaki itu melangkah dengan langkah tertatih. Tubuhnya bergetar hebat, wajahnya terlihat pucat. Bulir-bulir keringat membasahi seluruh tubuhnya.
Entahlah Aksa hendak kemana, ia terlihat bingung. Mata Aksa terpejam saat, alisnya bertaut saat sesuatu memukul belakang kepalanya. Tidak, bukan pukulan suatu benda, melainkan satu penyakitnya.
"Ahh," ringisnya, nafasnya terlihat memburu. Ia salah, seharusnya, ia membiarkan dirinya lebih lama tertidur di samping makam Sarah.
Huft.
Aksa menghela nafas pelan, berkali-kali. Aksa melanjutkan langkahnya setelah berhenti sejenak. Kepalanya celingak-celinguk, memastikan keadaan jalan sepi.
Setelah di rasa aman, ia mulai melangkah, menyebrangi jalan dengan mata yang sesekali terpejam. Di tengah jalan sama, langkah Aksa tidak karuan.
Hingga, kejadian itu tidak bisa Aksa hindari. Tubuhnya terpental cukup jauh dari tempatnya berada. Setelahnya, tubuh Aksa berguling di atas aspal. Jeritan dari warga sekitar terdengar berdengung di telinga Aksa.
Mata Aksa mengerejap pelan, mencoba menahan kesadaran. Seluruh tubuhnya benar-benar terasa sakit. Banyak darah yang keluar dari mulut, hidung bahkan belakang kepala Aksa. Dan sudah banyak orang juga, mengelilingi tubuh Aksa.
'Oma, apa ini sudah waktunya Aksa pulang? Seluruh tubuh Aksa sakit semua Oma.'
"I-ih-bu heu...ah, toh---"
Aksa memejamkan matanya, tangannya sedikit terangkat namun satu detik setelahnya kembali terjatuh. Terkulai di atas aspal, matanya mulai terpejam erat.
"---lohng..."
"DAMI..."
*****
Rio terisak saat mendengar cerita dari Farris. Bahwa keadaan Aksa seperti ini karena kecelakaan. Lebih tepatnya, tabrak lari. Ya, Aksa menjadi korban tabrak lari.
Farris yang saat itu tengah melintas di buat bertanya-tanya, saat melihat banyak orang yang berkerumun. Bahkan, banyak keadaan jalanan saat itu, mendadak macet.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...