Brak!
Mona dan Raffa yang tengah bersantai di ruang tv di buat terkejut oleh kedatangan Rayyan yang tiba-tiba. Refleks, mereka bangkit dari duduknya.
"Rayyan, sudah pulang?"
Rayyan tak menanggapi ucapan Mona, lelaki itu melewati kedua orang tuanya begitu saja. Membuat Mona serta Raffa mengernyit dahi.
"Sayang kamu kena---"
"Rayyan tunggu gue," langkah Darren terhenti saat Raffa mencekal lengannya.
"Ada apa ini Darren?" tanya Raffa to the point.
"Kacau yah, ceritanya panjang. Dan yang jelas, ini ulah anak sial itu." Darren melirik Mona sebentar. Mona yang mengerti lirikan Darren itu merasa tidak enak apalagi dengan Raffa.
"K-kenapa?" Tanya Mona, bertepatan dengan itu Arka muncul.
"Bunda tanya aja sama anak bunda yang satu itu. Dan tolong bilangin ke dia, jangan selalu buat masalah. Kalo emang dia punya dendam, please..jangan Rayyan, jangan Rayyan yang jadi sasarannya."
PRANG...
Mereka terkejut saat seseorang melempar sesuatu. Itu Rayyan, ia melempar barang yang ada di dekatnya ke sembarang arah.
"LO GAK TAU CERITANYA BANG, LO GAK TAU. BISA GAK SEKALI AJA LO GAK EGOIS? BISA GAK LO DENGERIN DULU PENJELASAN GUA? DIA GAK SALAH!" nafas Rayyan sedikit tersenggal, menatap Darren dengan tatapan marah dan kesal.
"TAPI PERCUMA, PERCUMA GUA NGEJELASIN. KARENA GUA TAU SIFAT LO. DEMI TUHAN, DIA GAK SALAH." lanjut Rayyan, tak peduli dengan nafasnya yang mulai memberat.
"Dek..." lirih Arka.
"LO JUGA! KENAPA LO DIEM AJA DI SAAT ADEK LO DI PERLAKUKAN SEPERTI ITU? DIA SEDANG SAKIT, DEMI TUHAN DIA SEDANG SAKIT. DIA---AGRRHHH..." Rayyan mengacak rambutnya kasar. Ia kesal, marah, kecewa. Bukan, bukan kepada Aksa ataupun mereka. Tetapi, kepada diri dia sendiri. Ia menyesal, sungguh menyesal.
"Kenapa Lo diem aja tadi Rayyan? Kenapa?"
Rayyan berlari, menaiki anak tangga.
"Rayyan..."
"Bang, Bu, Yah... Biar aku saja," Arka berlari, menyusul Rayyan.
"Jelaskan sama ayah Darren, ada apa ini?" Tanya Raffa, dirinya masih bingung dengan apa yang terjadi. Darren terdiam, tangannya mengepal.
"AKSA SIALAN!" Darren berteriak sekencang mungkin, wajahnya memerah, nafasnya memburu.
"Apalagi yang kamu perbuat anak sial?" batin Mona, tangannya ikut terkepal.
******
"Rayyan...Dek..." Arka memasuki kamar Rayyan. Dapat Arka lihat, Rayyan---lelaki itu tengah terduduk di sisi ranjang dengan kepala yang tertunduk, bahunya bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...