ALOHAAAA
AKU UP YUHUUU
.
.
.
Keadaan itu semakin menegang saat Aksa mengatakan Aksa tidak bisa ayah, maaf.Banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan tak percaya. Apa maksud dari ucapan Aksa? Pikir mereka.
Tidak bisa? Kenapa?
"Bilang sekali lagi Aksa!" tegas Dika, ia mencengkeram kuat lengan Aksa. Bahkan, dapat Aksa rasakan, kuku Dika menancap di kulitnya.
"Ahh, aw. S-sakit ayah." lirih Aksa, air matanya sudah tidak dapat ia tahan. Air mata itu mengalir begitu saja, membasahi pipi tirus nan pucat milik Aksa.
"BILANG SEKALI LAGI SIALAN!" sentak Dika, Aksa terkejut? Tentu. Ah, tidak cuma Aksa, tetapi mereka juga.
"M-maaf ayah, A-aksa tidak bisa." ucap Aksa bergetar, sarat akan ketakutan.
"A-aksa tidak bisa mendonorkan darah Aksa untuk b-bang Arka. M-maaf ayah, A-aksa ingin, tapi ti---"
BUGH!
"Papa/om Dika!" pekik Rayyan dan Keenan secara bersamaan.
Tubuh Aksa tersungkur, sakit di bagian perutnya semakin merembet ke organ tubuh Aksa yang lain. Aksa ingi meringis atau berteriak sakit tapi rasa sakitnya lebih mendominan.
"SIALAN!" murka Dika, setelah berhasil menendang perut Aksa dengan kencang.
"Apa maksud kamu berbicara seperti itu sialan! Kamu mau membiarkan anak saya mati?" wajah Dika memerah, tak peduli dengan keadaan sekitar yang sudah ramai orang-orang menontonnya. Dika benar-benar tak peduli.
'Aksa hanya gak ingin bang Arka kesakitan nantinya ayah. Aksa gak sehat. Maaf'
"K-kenapa?" lirih seseorang, Aksa kenal betul itu suara siapa. Rayyan tentu saja.
"Jawab gua kenapa lo gak bisa donorin darah lo buat bang Arka Sa." ucap Rayyan pelan.
"Maaf bang, A-aksa gak bisa kasih alasannya, tapi Aksa benar-benar gak bisa.
"KENAPA?!" kali ini suara Mona, Rayyan yang mendengar itu refleks mengelus dadanya. Ah--dia berulah. Pikir Rayyan.
Aksa tertunduk, sungguh Aksa takut dengan tatapan Mona yang seperti itu. Seolah-olah siap memangsa siapa saja.
'Maaf ibu,'
"Kasih saya alasan kenapa kamu gak mau donorin darah kamu. Arka anak saya, Aksa. Bukan kah selama ini, saya sudah berbaik hati menampung kamu? Apa saya harus memohon bahkan menangis darah, agar kamu mau mendonorkan darah kamu?"
Aksa menggeleng, "Jangan lakukan itu bu, karena...karena kalau sampai ibu melakukan itu, Aksa akan tetap kukuh dengan ucapan Aksa bu. Aksa tidak bisa."
Mereka yang ada di sana, menatap Aksa dengan tatapan tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP [Tamat]
RandomAksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya terombang-ambing bak sebuah kayu yang berada di tengah-tengah ombak. Hatinya telah layu, meredup seiring dengan luka yang terus menganga tan...