Chapter 9

543 65 71
                                    

Uda lama jg gak double up ya 😆😆
Spoilernya next chapter Mujin sm Jiwoo bakalan ehm... gk jadi deh, tungguin aja yakk 🤣🤣

Happy reading 😗😗






Tiga bulan kemudian.

Sudah beberapa bulan ini Jiwoo pulang ke busan kampung halamannya dan tinggal bersama ibunya yang membuka usaha restoran BBQ. Ayah Jiwoo sudah tiada karena kecelakaan saat ia masih berumur 10 tahun. Hanya ibunya lah satu-satunya yang Jiwoo miliki dan ia sangat menyayangi ibunya.

Menyambut pelanggan, membersihkan meja kotor, mengganti alat pemanggang, mengantarkan makanan sudah menjadi kegiatan Jiwoo sehari-hari. Ia senang bisa membantu ibunya, sudah lama sekali sejak ia pulang menjenguk ibunya. Ia selalu merasa bersalah karena tidak pernah membantu ibunya walau ia selalu mengirimkan uang cukup banyak untuk ibunya.

Dan tentang hatinya? Ya, ia sendiri belum bisa melupakan Mujin sedikitpun, ia hanya bisa menatap layar ponselnya yang ia jadikan foto Mujin sebagai wallpaper ponselnya. Foto yang ia ambil diam-diam dulu saat ia masih tergila-gila pada Mujin. Foto yang hanya terlihat wajah Mujin dari samping saja karena saat itu Jiwoo duduk didekatnya. Ia berjanji akan menghapus foto Mujin saat ia sudah bisa melupakan pria itu. Ia tersenyum tipis menatap ponselnya lalu menyimpannya kembali.

Sedangkan Mujin? Ia sendiri bahkan tidak pernah melupakan Jiwoo sedetikpun. Hatinya terasa kosong, dadanya selalu terasa sesak seperti ada beribu ton batu yang menumpuk. Emosinya semakin tidak terkontrol sejak Jiwoo meninggalkannya, ia selalu marah-marah kepada siapapun, memecahkan barang-barang diruangannya. Mujin benar-benar seperti orang gila.

"Membuat kontrak seperti ini saja kau tidak becus! Apa yang ada didalam otakmu?!! Sudah berapa kali kau mengulangnya?!! Dasar bodoh! Keluar!" lagi-lagi Mujin marah-marah kepada salah satu karyawan yang menggantikan Jiwoo.

Dan sudah entah berapa orang yang menggantikan posisi Jiwoo dalam beberapa bulan ini. Jika dihitung tepatnya 8 orang, tidak ada yang tahan dengan sifat Mujin, ada yang hanya bertahan 3 hari, paling lama hanya seminggu.

***

"Selamat datang" seru Jiwoo menunduk kepada tamu yang baru saja membuka pintu.

"Oh! Jiwoo-ssi?" Taeju terkejut dengan mata membulat besar.

"Taeju-ssi?" Jiwoo ikut terkejut.

"Kau bekerja disini?"

"Ah iya, ini restoran ibuku"

"Oh, apa kau sudah tidak bekerja dengan Mujin hyung lagi?" Taeju duduk di salah satu meja.

"Aku tidak bekerja lagi padanya"

"Hmm, pantas saja aku beberapa kali ke kantornya tetapi tidak melihatmu"

Jiwoo hanya tersenyum tipis.

"Kau ingin pesan apa?"

"1 porsi samgyeopsal"

"Baiklah, tunggu sebentar"

Taeju melihat-lihat restoran dan mengangguk-angguk, ia menyukai tempat yang terlihat nyaman dan bersih. Sepertinya ia juga pernah makan disini.

Setelah selesai makan, Taeju membayar makanan dan berjalan keluar dari restoran. Jiwoo ikut keluar dan mengantar Taeju.

"Taeju-ssi, gomawo"

"Aniya, aku menyukainya.. sangat enak, aku akan sering datang" Taeju tersenyum lebar.

"Oh iya Taeju-ssi.. bisakah aku meminta bantuanmu?"

"Apa itu? Katakan saja"

"Bisakah kau tidak memberitahu Choi Mujin aku disini.. aku tidak ingin dia tau"

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang