Chapter 36

372 101 54
                                    

Happy reading 🥰




"Daepyeonim.."

"Daepyeonim..gwaenchanayo?"

Mujin mengernyitkan dahinya dalam tidurnya seperti sedang mimpi buruk dengan keringat bercucuran dari pelipisnya, ia terbangun saat mendengar suara pria yang mengganggunya. Ia menatap Sekretaris Cha yang sedang berjongkok disampingnya.

Sudah beberapa hari ini Mujin tidur disofa setelah mabuk-mabukkan bahkan tidak bekerja. Puluhan botol whisky, wine, vodka berserakan dilantai. Rumahnya sudah seperti kapal pecah layak hatinya juga. Bahkan minuman dengan kadar alkohol tertinggi sekalipun tidak dapat membantunya melupakan Jiwoo walau hanya sebentar.

"Daepyeonim, aku akan membawa anda ke rumah sakit" ucap Sekretarisnya panik menunjuk telapak tangan kiri Mujin.

Mujin melihat telapak tangannya dengan darah sudah mengering. Setiap malam setelah minum, Mujin akan memecahkan sloki dengan tangannya hingga melukai telapak tangannya yang terlihat cukup dalam. Namun anehnya ia tidak merasakan sakit apapun. Rasa sakit yang bisa ia rasakan hanyalah di hatinya.

"Ada apa"

"Daepyeonim, anda ada rapat penting hari ini"

"Suruh Jungjae untuk menggantikanku"

"Ba- baiklah" balas Sekretarisnya gagap.

"Pergilah" suara dingin nan datar Mujin bisa membuat siapa saja bergidik ketakutan.

"Baik" Cha Seung Won membungkuk hormat dan berlalu dari hadapan Mujin.

***

Jiwoo sedang berjalan di pasar malam, ia tersenyum tipis saat mengingat ia mengajak Mujin kesini. Ya, Jiwoo melalui harinya pergi ke tempat-tempat dimana ia dan Mujin pernah bersama. Mengenang semuanya sendirian.
Walau hatinya terasa sakit dan sesak.

Jiwoo duduk sendirian di kursi dengan pemandangan kota seoul. Mengingat saat Mujin menjatuhkan es krim nya karena menangis takut ia meninggalkan pria itu. Tapi sekarang pria itu lah yang meninggalkannya, memutuskannya. Jiwoo menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan kembali menangis tersedu-sedu.

Mujin selesai mandi, ia berdiri didepan cermin. Ia menyentuh dada kiri yang ber-tatto nama Jiwoo disana. Bisakah ia memutar kembali waktu? Bisakah ia menarik kembali ucapannya? Bisakah Jiwoo kembali padanya? Bisakah ia melihat senyuman di wajah Jiwoo? Lagi-lagi Mujin meninju dinding didepannya dengan kuat untuk melampiaskan segala kemarahan dan penyesalan pada dirinya sendiri. Darah menetes dari telapak tangannya yang terkepal erat.

"Daepyeonim, apa anda sudah lebih baik?" Sekretaris Cha buru-buru mengikuti Mujin dari belakang menuju ruangannya.

"Taruh semua laporan di mejaku" balas Mujin datar.

"Nde" pria itu membungkuk dan keluar dari ruangan bos nya dengan jantung berdetak kencang, karena sikap dinginnya.

Mujin duduk di kursi besarnya dan menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia membuka laci dan menatap 2 kotak beludru hitam.

Cincin khusus untuk lamaran yang sengaja ia pesan langsung dari amerika karena menginginkan cincin berlian yang terbaik dengan ukiran nama didalamnya dan juga masih ada cincin couple menikah yang sudah ia persiapkan juga. Dengan susah payah Mujin terus berusaha mencari cincin yang ia inginkan, sebenarnya di korea juga banyak cincin terbaik dan mahal namun semua itu tidak sesuai dengan yang Mujin inginkan, Mujin sendiri cukup pemilih dalam hal-hal tertentu. Ia bahkan tidak peduli walaupun harus sampai jauh ke negri paman sam untuk mendapatkan cincin sesuai permintaannya pada Robert kenalannya di Amrik.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang