Chapter 54

392 320 30
                                    


"Nde eommonim, bersiap-siaplah sebentar lagi pengawalku akan menjemput, tidak usah buru-buru. Santai saja"

Mujin menerima panggilan dengan sebelah tangannya dan tangan satunya masih menggendong Jiwon.

"Jiwoo? Ehm.. Jiwoo belum bangun eommonim. Dia sedikit kelelahan" Mujin berdeham canggung menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Apa aku akan menggendong cucu kedua?" ledek ibu Jiwoo.

Mujin menjadi salah tingkah saat mendengar suara kekehan dari ibu Jiwoo yang seolah-olah mengerti kenapa putrinya belum bangun, tidak seperti biasanya.

"Nde.. araseo eommonim, sampai jumpa"

Mujin menutup panggilan dan menurunkan Jiwon di kursi.

"Daddy, happy birthday. I love you" Jiwon menangkup wajah Mujin dengan tangan mungilnya lalu mengecup lama pipi ayahnya.

"Thank you. I love you too my princess" Mujin tersenyum bahagia dan mengecup pipi Jiwon, baginya Jiwon adalah putri tercintanya yang sangat menggemas dan pintar.

Mujin membuatkan susu coklat kesukaan Jiwon dan memotong cake yang sudah ditunggu-tunggu putrinya sejak semalam.

"Dad, mom belum bangun?" tanya Jiwon sambil mengunyah cake dengan mulut kecilnya hingga berlepotan krim cake.

"Hm.. mom kelelahan, jangan diganggu" Mujin terkekeh lalu mengambil tisu untuk menyeka bibir putrinya dengan lembut.

...

"Uhh.. pegel sekali badanku. Dasar Choi Mujin, awas saja" gumam Jiwoo kesal, ia melotot saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang.

Bertepatan dengan kebangunan Jiwoo, Mujin masuk ke kamar hendak mandi.

"Sayang, sudah bangun?" Mujin duduk di tepi ranjang dan mengelus rambut Jiwoo yang berantakan.

"Ayo mandi bersama" ajak Mujin.

"Tidak, mandi saja duluan. Yang ada nanti bukan mandi" omel Jiwoo.

Mujin tertawa, tanpa persetujuan Jiwoo ia menggendongnya ke kamar mandi.

Mujin dan Jiwoo keluar dari kamar mandi hanya berbalut bathrobe. Jiwoo duduk di meja rias lalu memoleskan beberapa skincare rutin ke wajahnya.

"Sepertinya sebentar lagi eommonim datang" ujar Mujin mengambil alih hairdryer dari tangan Jiwoo dan membantunya mengeringkan rambut.

"Aku sangat merindukan eomma"

Mujin menaruh hairdyer di meja lalu ia berjongkok memutar tubuh Jiwoo agar menghadapnya sambil menggenggam tangan Jiwoo.

"Jiwoo-ya.. aku benar-benar bahagia sejak kehadiranmu didalam hidupku. Aku selalu merasa bersalah saat mengingat sikap kasarku padamu dulu. Aku bahkan tidak tau bagaimana cara menebus semua kesalahanku" ucap Mujin dengan air mata yang menetes.

"Aku tidak bisa hidup tanpamu dan Jiwon. Terima kasih Jiwoo-ya, kau sudah memberikan segalanya padaku." Mujin menatap lekat-lekat kedua bola mata Jiwoo.

Jiwoo tentu saja bisa merasakan mata sendu calon suaminya, ia menangkup kedua pipi Mujin untuk menyeka air matanya, "Kenapa tiba-tiba jadi cengeng seperti ini?"

Mujin tersenyum lalu memeluk dan menyandarkan kepalanya di perut Jiwoo.

"Aku tidak pernah menyesal sejak pertama kali aku menyukaimu. Dulu.. saat melihatmu dari jauh saja aku sudah bahagia. Walaupun kau sangat dingin, pemarah dan tidak berperasaan tetapi jika waktu bisa diputar kembali aku tetap akan menyukaimu bahkan jika kau tidak membalas cintaku"

Terharu dan terbawa perasaan, tangisan Mujin semakin kencang. Ia memeluk Jiwoo semakin erat. Betapa beruntungnya ia bisa memiliki wanita yang begitu mencintainya.

Jiwoo memeluk kepala Mujin menenangkan pria yang berulang tahun hari ini tapi sangat sensitif.

"Setelah ini, aku tidak ingin mendengar penyesalan-penyesalan mu yang dulu. Yang berlalu biarlah berlalu. Kita fokus pada masa dan anak kita, araseo?" Jiwoo gemas dengan Mujin, ia mengangkat kepala Mujin lalu mengecup keningnya.

Mujin tersenyum dan mengangguk. Tanpa aba-aba Mujin mengangkat tubuh Jiwoo, ia duduk di tepi ranjang dan memangku Jiwoo.

"I love you, saranghae Jiwoo-ya" ucap Mujin dengan suara seraknya, ia mendongak menatap wajah cantik wanita yang akan segera berstatus menjadi istrinya besok.

Jiwoo selalu gemas jika Mujin sudah manja seperti ini. Ia mencubit lembut kedua pipi Mujin.

"I love you too, honey" bisik Jiwoo pelan.

Mujin mengeratkan pelukannya, ia menelan ludahnya saat mata nakalnya mengintip buah dada Jiwoo. Dengan bibirnya ia menghisap leher Jiwoo hingga membekas kemerahan lalu kecupannya turun ke tatto Jiwoo. Mujin selalu bangga jika melihat tatto namanya disana. Dengan penuh gairah dia membuat bekas cintanya disana.

Bathrobe Jiwoo sudah melorot sampai ke perutnya karena ulah Mujin. Keduanya yang memang hanya memakai bathrobe tanpa dalaman sehingga Mujin langsung menghisap puting kecoklatan kekasihnya dengan lembut.

"Ahh..." Jiwoo meremas rambut Mujin yang masih setengah basah.

"Baby.. sebentar saja,please?" ujar Mujin dengan suara berat nan serak.

Jiwoo menatap mata sayu Mujin, ia mengecup bibir Mujin dan tersenyum mengangguk. Setidaknya hari ini adalah hari ultah tahun kekasihnya, ia tidak ingin menolak kemauan Mujin apalagi Jiwoo merasakan milik Mujin yang mengeras di bawah sana hingga menggesek miliknya yang ia yakin sudah basah. Tanpa melepaskan bathrobe Jiwoo mengangkat bokongnya agar milik Mujin yang sudah mengacung tegak bisa memasukinya.

"Ahhh..." Mujin menggeram nikmat memegang kedua bokong Jiwoo.

"Honey, kau suka?" Jiwoo mengusap dada bidang Mujin sambil menggerakkan pinggulnya.

"Ahhh.. yes! baby.." Mujin melumat bibir Jiwoo dengan kedua tangannya membantu pergerakkan pinggulnya.

"Ahhh... ahh.. honey..." Jiwoo menggerakkan pinggulnya memutar naik turun serta berciuman panas.

Jiwoo mendorong dada Mujin hingga ia berbaring. Dengan senyum nakal, Jiwoo menunduk mencium tatto Mujin hingga ia mengerang nikmat, bibir lembut Jiwoo yang menghisap meninggalkan banyak jejak kemerahan di dada Mujin semakin menambah gairahnya.

"Baby.. hmm.. ahh.."  Mujin memejamkan mata sejenak saat merasakan kehangatan di miliknya karena pelepasan Jiwoo.
Jiwoo benar-benar membuatnya serasa melayang.

Jiwoo mengangkat tubuhnya, kedua tangannya bertumpu di dada Mujin. Ia kembali melakukan gerakan pinggul memutar dan maju mundur. Mujin ikut bangkit, kedua tangannya mencengkram pinggang Jiwoo yang bergerak lambat. Mujin ikut menggerakkan pinggulnya hingga suara desahan dan suara kulit yang saling menempel.

"Honey.. ahh.. aku ingin keluar lagi.." desah Jiwoo menggigit bibirnya sambil menatap Mujin di bawahnya.

"I'm coming.. baby" Mujin menggeram nikmat dan semakin mempercepat gerakan pinggul Jiwoo dan pinggulnya sendiri menghentak lebih dalam.

Beberapa saat kemudian Jiwoo merasakan cairan hangat memenuhi miliknya. Mujin menahan bokong Jiwoo agar menerima cairan cintanya yang banyak. Dengan nafas tersengal Mujin tersenyum puas dan mengecup lama bibir bengkak Jiwoo.

Jiwoo memeluk Mujin, pria itu akhirnya ambruk dengan Jiwoo masih berada diatasnya. Walau singkat namun bercinta dengan Jiwoo selalu membuat Mujin serasa mabuk kepayang yang selalu menginginkannya lagi dan lagi.

Maap baru up 😭😭😭
Nih calon pasangan enak-enak mulu 🤭🤭
Semakin mendekati hari married dan semakin mendekati ending jg yakk 😆😆

Don't forget vote ya! 🥰🫶🏻❤️

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang