Chapter 29

325 68 46
                                    

Tik.. tik.. tik...

Tetesan darah kental mulai mengalir deras jatuh ke bawah.

Jiwoo yang masih pasang badan untuk Mujin namun tidak merasakan sakit apapun pada tubuhnya, ia menunduk ke bawah dan melihat Mujin menggenggam erat pisau tajam itu dengan tangan kosong. Mujin melakukan itu agar pria itu tidak bisa menarik kembali pisaunya yang bisa berakibat melukai kekasihnya. Mata Jiwoo terbelalak, ia sangat terkejut.

"Jangan lihat.." Mujin mengarahkan kepala Jiwoo untuk mendongak padanya.

Jiwoo menatap Mujin dengan panik, sudah pasti telapak tangannya terluka cukup dalam karena ia mencengkram pisau itu sangat kuat.

Tanpa melepas tatapan mata tajamnya pada pria itu, Mujin langsung mendorongnya dengan tangan kirinya yang masih menggengam pisaunya lalu tangan satunya meninju wajah pria itu dengan kuat hingga pria itu tersungkur, Mujin duduk diatas tubuhnya dan memukulnya berkali-kali hingga pria itu tidak sadarkan diri.

Mujin melepaskan pisau yang sedari tadi ia genggam dan berjalan ke arah Jiwoo yang melihat semua kejadian itu dengan tatapan terkejut.

"Sayang, kau baik-baik saja?" Mujin memeluk Jiwoo.

Jiwoo memeluk Mujin dengan erat, ia tidak syok dengan pria itu tapi pada Mujin yang menahan pisau dengan tangan kosong.
Ia melepaskan pelukan itu dan melihat telapak tangan kiri Mujin yang tersayat cukup dalam dengan darah yang tidak berhenti menetes.

"Apa kau sudah gila?! Bagaimana bisa kau memegang pisau itu dengan tangan kosong!" air mata Jiwoo mulai menumpuk dimatanya.

"Aku tidak bisa membiarkanmu terluka, ini tidak sakit sama sekali Jiwoo-ya" ucap Mujin dengan nafas tersengal.

Jiwoo segera mengendarai mobilnya membawa Mujin ke rumah sakit untuk mengobati luka di sayatan diperut dan tangannya. Saat dokter menjahit luka Mujin, pria itu bahkan tidak mengiris kesakitan atau bereaksi berlebihan.

...

Mujin dan Jiwoo kembali ke villa dan sedang berbaring bersama.

"Sakit?" Jiwoo mengusap telapak tangan Mujin yang diperban.

"Tidak sakit, sayang" Mujin mengusap pipi Jiwoo dengan tangannya.

"Bagaimana mungkin tidak sakit, lukanya sangat dalam" Jiwoo mengecup tangan Mujin.

"Aku tidak bisa merasakan sakit kecuali satu"

"Apa itu?" tanya Jiwoo penasaran.

"Sakit disini" Mujin meletakkan tangan Jiwoo di dadanya.

"Kau masih bisa bercanda? Aku serius" rengek Jiwoo.

"Aku juga serius, luka-luka seperti ini tidak sakit, aku hanya bisa merasakan sakit jika kau meninggalkanku, jika kau tidak mencintaiku lagi, rasanya seribu kali lipat lebih sakit" Mujin tersenyum menatap Jiwoo lekat-lekat tatapan mata sendu nya sangat tulus.

"Selama ini aku tidak pernah merasakan sakit apapun sejak aku masih kecil ketika orang tua ku meninggal dan sampai saat kau pergi dariku, aku kembali merasakan sakit" sambung Mujin dengan suara berat nan lembut.

"Jika kau tidak ingin melihatku sakit maka jangan pernah meninggalkanku, okay?" Mujin tersenyum tipis.

Jiwoo mengangguk dan terharu dengan pengakuan Mujin, setetes air mata jatuh dari ujung matanya.

"Jiwoo-ya, lain kali kau tidak boleh menempatkan dirimu terluka hanya karena ingin melindungiku, kau mengerti?" Mujin memeluk Jiwoo.

"Bagaimana jika pisau itu menusukmu? Aku juga tidak ingin kau terluka" Jiwoo tiba-tiba menangis.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang