Pagi ini Jiwoo berniat pergi kerja lebih cepat karena kakinya di gips membuatnya tidak nyaman dan pastinya akan memakan waktu lama sampai dikantor. Lagipula ia juga tidak bisa tidur karena kejadian ciuman menyebalkan semalam.
Setelah memastikan pakaiannya rapi dan membawa tas selempangnya, Jiwoo berjalan pincang dan keluar rumahnya memakai flat shoes.
Ia juga terpaksa memesan taxi karena kesusahan berjalan daripada menaiki bus seperti biasa.Jiwoo sampai di kantor dan menunggu lift.
Mujin juga hari ini datang lebih awal sama seperti Jiwoo, ia juga tidak bisa tidur semalaman.
Beberapa karyawan termasuk Jiwoo menunduk hormat pada sang bos yang berjalan angkuh.Mujin masuk ke lift dengan tangan kirinya memegang segelas kopi panas, ia tidak sengaja melihat Jiwoo.
"Ya! Yoon Jiwoo masuklah" teriak Mujin menggerakkan kepalanya dan menekan tombol lift agar pintunya tidak tertutup.
Semua mata tertuju pada Jiwoo. Tidak biasanya bos dingin itu mau berbagi lift dengan karyawan lain. Mendapat tatapan curiga, Jiwoo berusaha tetap tenang walau jantungnya berdegup kencang.
Ia berjalan melewati beberapa rekan lainnya, mereka menatap Jiwoo dengan pandangan curiga saat Jiwoo memasuki lift.
Sedangkan Mujin sendiri tidak peduli dengan pandangan karyawannya padanya. Ia tidak tertarik untuk itu, sekarang ia hanya tertarik pada wanita yang sedang mengoceh didalam lift."Jangan salah paham, aku menurut pada karena tidak ingin membuatmu malu di hadapan karyawanmu, Jika aku menolak, anda juga pasti akan malu" ucap Jiwoo dengan nada kesal.
Mujin hanya mendengus dan berdehem mendengar ocehan Jiwoo. Ia teringat ciumannya dengan Jiwoo semalam, membuatnya tersenyum sendiri.
Tapi kenapa wanita ini dengan santai mengoceh setelah kejadian ciuman semalam? Apa wanita ini tidak gugup atau malu padanya?"Minumlah ini agar mulutmu tidak mengoceh lagi" Mujin menyodorkan segelas kopi yang sedari tadi ia pegang.
"Tidak usah! Terima kasih! Aku setiap hari sudah mendapatkan kopi gratis"
"Setiap hari? Kopi gratis?" Mujin menaikkan satu alisnya.
"Anda tidak tau? Penggemar rahasiaku dikantor setiap hari menaruh kopi dimejaku" Jiwoo cepat-cepat keluar saat pintu lift terbuka.
"Siapa itu? Katakan padaku" tanya Mujin mengikuti Jiwoo dari belakang.
"Bukan urusanmu" Jiwoo berjalan terseok-seok dengan sebelah kakinya ke arah meja kerjanya.
Mujin kesal Jiwoo terus meniru cara bicaranya, bukankah kata itu sering Mujin ucapkan padanya. Wanita itu balas dendam ternyata.
Setelah memastikan Jiwoo sampai di mejanya.
Mujin mendorong pintu ruangannya dan masuk kedalam."Jiwoo-ya! Ada apa dengan kakimu?!" ucap Sejeong heboh diikuti Ahjung dan Minjung.
"Tidak usah berteriak, aku baik-baik saja, semalam aku jatuh" balas Jiwoo duduk dikursinya.
"Apa pria itu mendorongmu?" tanya Ahjung berapi-api.
"Aku terjatuh sendiri, hanya di gips beberapa hari" Jiwoo memutar kursi kerjanya menghadap ketiga sahabatnya.
"Seharusnya dia yang jatuh bukan dirimu, apa kau bisa berjalan?" tanya Minjung khawatir.
"Of course girls, don't worry.. look" Jiwoo berdiri dari kursinya dan berjalan bak model dengan kaki pincang melambai-lambai pada sahabatnya, membuat mereka tertawa.
Tiba-tiba ketiga sahabatnya berdehem dan menarik kursi masing-masing ke meja kerja menjauhi Jiwoo.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Mujin berdiri dibelakang Jiwoo dengan memegang sebuah map dan tangan satunya disaku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
RomantizmChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...