Jiwoo dan ketiga sahabatnya sedang makan siang bersama.
"Jiwoo-ya, akhir-akhir ini kau terlihat ceria, apa kau sedang berpacaran?" tanya Ahjung.
"Apa!" Jiwoo tersedak saat minum.
"Jangan bohong! dahi mu jelas tertulis aku sedang berkencan.." ketiga sahabatnya tertawa cekikikan.
"Tidak ada! Kenapa? jika kalian punya kenalan biarkan aku ikut kencan buta kalau kalian tidak percaya!" Jiwoo berdecak.
"Benarkah? Sudahlah mengaku saja, siapa pria itu?" goda Sejeong.
"Baiklah, sini mendekat!" Jiwoo mencondongkan wajahnya dengan serius, ketiga sahabatnya siap mendengar dengan seksama.
"Vincenzo Cassano" Jiwoo menirukan suara yang mirip di drama yang ia tonton dan tertawa terbahak berhasil menjahili mereka.
"Ya! Yoon Jiwoo! Aish, kau mau aku kenalkan ke sunbae ku yang dulu di kuliah?" Minjung tersenyum miring.
"Tidak usah! Aku hanya bercanda tadi" balas Jiwoo.
"Dia tampan, tinggi, baik, ramah, seorang pengacara, aku ada fotonya,ini.." Minjung menunjukkan foto pria yang ia maksud.
"Choi Mujin bahkan seratus kali lipat lebih tampan dan seksi, apalagi jika di ranjang" batin Jiwoo.
"Tampan tapi wajahnya terlihat seperti suka bermain wanita" Sejeong melihat foto di ponsel Minjung.
"Tidak, dia baik. Jangan menilai dari wajahnya saja, aku akan bertanya padanya ya?" Minjung hendak menelepon pria itu.
"Tidak usah! Aku sudah punya pacar" Jiwoo mencekal tangan Minjung.
"Siapa? Kalau kau tidak menyebutnya siapa berarti kau bohong!" Minjung memicingkan matanya.
"Hm.. ah tidak jadi, nanti kalian akan menertawaiku!" Jiwoo memalingkan wajahnya dengan kesal.
"Tidak tidak! Cepat katakan! Kami janji" ketiga nya mengangguk-angguk.
Jiwoo menggigit bibir bawahnya. Ia menatap lekat-lekat ketiga sahabat sekaligus rekannya.
"Kalian tebak saja!" Jiwoo terkekeh.
"Aish! Kau benar-benar pandai memancing emosi" Ahjung melipat kedua lengannya di depan dada.
"Oh.. come on! Kami ini sahabatmu, ayolah.. hm?" Sejeong menggoyang-goyangkan lengan Jiwoo dengan manja.
"Baiklah.. tapi kalian harus merahasiakannya!" Jiwoo menghela nafas.
"Pria yang kusukai selama ini" ucap Jiwoo berdehem.
Sejenak ketiga sahabatnya mencerna apa yang dikatakan Jiwoo, mereka saling menatap dan memutar otak.
"Choi.. choi.." Sejeong menutup mulutnya, ia bahkan tidak sanggup melanjutkannya.
"Bingo!" Jiwoo tersenyum lebar.
"Aku sudah curiga saat kau kembali bekerja, benar-benar tidak tertebak" Minjung memukul lengan Jiwoo.
"Aku akan memotong lidah kalian jika membocorkannya" Jiwoo menyesap minumannya.
"Pantas saja kau tidak pernah di marahi lagi, ternyata sudah jadi kekasihnya!" ketiga tertawa meledek Jiwoo.
"Bagaimana rasanya berpacaran dengan es kutub? Apa dia benar-benar dingin?"
"Dia bukan es kutub lagi, tapi sekarang dia api yang selalu panas, so hot!" balas Jiwoo terkekeh.
"Dia memperlakukanmu dengan baik?"
"Apa kalian akan segera menikah?"
Jiwoo tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Walau ia dan Mujin tidak pernah membahas hal itu, sebagai wanita tetap saja ia mengharapkan sebuah pernikahan bukan? Tidak selamanya juga mereka hanya berpacaran. Ia juga sebenarnya tidak ingin terus mengkonsumsi pil pencegah kehamilan lagi. Tapi ia juga tidak ingin tiba-tiba hamil lalu menikah.
Ponsel Jiwoo berdering. Ketiga sahabatnya langsung mencoba menguping perbicaraan Jiwoo dengan menempelkan telinga mereka di dekat ponsel Jiwoo.
"Baby.. I miss you, where are you?"
"Aku ada di cafe dekat kantor sedang makan siang, ada apa?"
"Kau tidak membalasku, baby.. I said I miss you"
"I miss you too" bisik Jiwoo pelan.
Ketiga sahabatnya tertawa cekikikan dan saling memukul mendengar kemesraan pasangan ini.
"Ada apa?" Jiwoo akhirnya berjalan agak jauh dari sahabatnya.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat nanti malam"
"Kemana?"
"Kau akan tau saat kita kesana, sayang"
"Baiklah, aku menunggumu di mobil sepulang kerja"
"Araseo, I love you my baby.."
"Love you too, honey"
Jiwoo memutuskan panggilan, ia menyukai Mujin selalu memberi kejutan-kejutan tidak terduga padanya misalnya seperti membuat tatto, ia bahkan tidak pernah terpikirkan hal-hal seperti itu.
Namun bagaimana pun juga Mujin adalah pria romantis. Benar-benar tipe pria ideal yang sangat Jiwoo sukai. Pria itu bahkan tidak malu-malu menyatakan cintanya dan selalu membuatnya nyaman berada disisinya, walau terkadang sangat posesif, tapi lama-lama Jiwoo juga menyukai sifat itu dan mulai terbiasa. Jiwoo juga selalu merasakan jantungnya berdebar kencang setiap berada di dekat Mujin walaupun mereka sudah beberapa bulan berpacaran....
"Tidak bertemu beberapa jam saja rasanya sudah tidak tahan merindukanmu, sayang" Mujin memasuki mobil dan langsung merengkuh kedua pipi Jiwoo dan melumat bibirnya dengan lembut.
Jiwoo memeluk Mujin dari samping, menyandarkan kepalanya ke dada bidang kekasihnya.
"Aku ingin memelukmu sebentar, aku menyukai wangimu" ucap Jiwoo.
"Aku suka saat kekasihku bermanja padaku" Mujin tersenyum, ia merangkul Jiwoo dengan erat dan mengecup puncak kepala Jiwoo.
"Let's go" Jiwoo melepaskan pelukannya dan memakai seatbelt.
Sepanjang perjalanan Mujin tidak melepaskan genggaman tangannya pada Jiwoo. Ia sesekali menoleh pada kekasihnya.
"Kau selalu membuatku penasaran" Jiwoo tersenyum lebar, jantungnya berdebar kencang.
"Aku suka memberikan kejutan kecil padamu, aku selalu ingin membahagiakanmu" Mujin mengecup punggung tangan Jiwoo.
"Aku bahkan tidak pernah memberikanmu kejutan apapun" Jiwoo mengerucutkan bibirnya.
"Jangan pernah tinggalkan aku, hanya itu saja aku sudah sangat bahagia"
Mujin dan Jiwoo sampai di Liber dan menaiki lift khusus sampai ke lantai paling atas, saat Mujin membuka pintu untuk ke luar, Jiwoo terperanjat. Keduanya matanya membulat sungguh terkejut.
"Honey?!" Jiwoo memandang Mujin dengan tatapan berbinar tidak percaya, ia menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan tangannya.
Hayoloh, Mujin kasi surprise apa?
Coba tebak 😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
RomantizmChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...