Chapter 22

390 53 61
                                    

"Honey...?" Jiwoo khawatir dengan Mujin yang menyetir dengan kecepatan tinggi.

Tiba-tiba pria itu mengajaknya pulang padahal pesta nya bahkan belum mulai. Wajah Mujin terlihat kacau dan menahan amarah.

Sesampainya di rumah Mujin keluar dari mobil dan menghela nafas berat, nafasnya tersengal.

"Maafkan aku Jiwoo-ya.." Mujin memeluk Jiwoo dengan erat seolah-olah takut wanita itu akan pergi.

"Honey.. Are you okay?" Jiwoo membalas pelukan Mujin, mengusap punggungnya untuk menenangkan kekasihnya.

Mujin memejamkan matanya, mengecup puncak kepala Jiwoo berkali-kali untuk menenangkan hati dan pikirannya. Jiwoo membiarkan Mujin melakukan apapun yang membuatnya tenang, walau ia tidak tau apa yang sedang Mujin pikirkan.

...

"Sayang.. maaf, aku tiba-tiba mengajakmu pulang" Mujin menarik Jiwoo untuk tidur di lengannya.

"Aku tidak akan bertanya jika kau memang tidak ingin menceritakannya, aku percaya padamu" balas Jiwoo tersenyum.

"Baby.. hanya kau lah wanita yang paling mengerti diriku" Mujin mengecup kening Jiwoo.

"Tapi aku sedikit kesal" Jiwoo tiba-tiba merajuk.

"Kenapa? Siapa yang berani membuat kekasihku kesal, hm?" Mujin mengusap pipi Jiwoo.

"Di pesta tadi, ada beberapa wanita yang membicarakanmu"

"Apa yang mereka bicarakan?"

"Choi Mujin sangat tampan, aku ingin bercinta dengan Choi Mujin walau hanya sekali, aku cemburu pada kekasih Choi Mujin" Jiwoo meniru perkataan para wanita itu dengan suara yang lucu.

Mujin tertawa terbahak.

"Kau sangat lucu, Baby.. coba ulangi lagi" Mujin kembali tertawa keras.

"Tidak lucu!" protes Jiwoo, ia kesal dengan Mujin yang malah menertawakannya, ia memutar badannya memunggungi kekasihnya.

Mujin memeluk Jiwoo dari belakang, ia gemas dengan Jiwoo yang cemburu, untuk sesaat ia melupakan semua masalahnya.

"Baby..."

"My Baby.. My Love.." panggil Mujin dengan suara manja nan merayu.

"Apa setiap kau ke pesta, para wanita akan mendekatimu seperti itu?" tanya Jiwoo berdecak.

"Hmm.. maybe?"

"Ya! Choi Mujin!" Jiwoo mencoba melepaskan pelukan Mujin yang membuat pria itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Araseo.. aku selalu mengabaikan mereka, aku bahkan tidak pernah melirik sedikit pun pada wanita-wanita itu" Mujin terkekeh.

"Walaupun mereka memakai pakaian mahal, tapi mereka wanita murahan yang selalu membuka paha untuk pria-pria kaya" sambung Mujin.

"Aku tidak menyangka seperti itu, seperti di film-film saja, tapi tidak mungkin kau tidak tergoda.. kau kan pria mesum!" balas Jiwoo berdecak mencubit lengan Mujin.

Mujin tertawa lagi, semakin gemas dengan Jiwoo yang terlihat lucu.

"Hari ini kau benar-benar sangat menghiburku.." Mujin mengecup tengkuk Jiwoo.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Aku tidak pernah tergoda, sayang.. aku tidak bisa bergairah walaupun mereka telanjang didepanku, hanya kau yang bisa membuatku bergairah dan ingin bercinta" Mujin terkekeh.

"Tidak mungkin! Itu tandanya kau tidak normal, jangan membodohiku!" Jiwoo tidak habis-habisnya memprotes perkataan Mujin.

"Kau harus ingat pada janji kita, aku hanya milikmu dan kau milikku" Mujin menyusupkan tangannya ke dalam kaos tipis Jiwoo dan mengusap meremas pelan perut ramping Jiwoo.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang