Chapter 4

594 66 44
                                    

"Gajima.." suara Mujin terdengar lirih sedikit memelas.

Deg!

Jiwoo merasakan jantungnya berhenti memompa darahnya, ia berdiri membeku dan menjadi bisu.

"Aku tidak ingin pekerjaanmu diambil alih orang lain, hanya kau lah yang cocok dengan pekerjaan itu" ucap Mujin masih memegang pergelangan tangan Jiwoo.

"Apa aku boleh tau alasanmu? Apa kau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik?" tanya Mujin hati-hati.

"Jika saya memberikan alasannya, apa anda akan menerimanya?" balas Jiwoo.

Mujin menelan ludahnya, rahangnya mengeras menahan gejolak didadanya. Entah sejak kapan perasaan ini muncul.

Jiwoo menarik tangannya dari Mujin dan Mujin terpaksa melepaskan tangan itu.

"Saya.. saya membenci anda.." kata Jiwoo tegas.

Mujin merasakan sebilah pisau baru saja menancap dijantungnya, rasanya sedikit sakit mendengar kalimat itu. Wanita yang selalu mengajaknya makan malam, wanita yang selalu tersenyum ceria padanya, wanita yang menyatakan cintanya padanya berkali-kali, wanita yang sangat menyukainya kini membencinya?.

"Saya bekerja sampai akhir bulan ini saja. Terima kasih" Jiwoo membungkuk dan berjalan ke arah pintu keluar dengan Mujin yang masih berdiri mematung disana.

"Bukankah kau menyukaiku dan mencintaiku?" ucapan Mujin membuat Jiwoo memberhentikan langkah kakinya di ambang pintu.

"Benar, saya menyukai dan mencintai anda selama 5 tahun, tapi.." kata Jiwoo.

Mujin masih menunggu kelanjutan kalimat Jiwoo dengan jantung berdegup kencang.

"Tapi itu dulu, sekarang saya tidak menyukai dan mencintai anda lagi, sekarang saya membenci anda"  lanjut Jiwoo.

"Maaf selama ini membuat anda tidak nyaman dengan sikap saya, itu tidak akan pernah terjadi lagi" Jiwoo membuka pintu dan berjalan keluar.

Mujin mengepalkan tangannya. Kenapa rasanya sakit sekali. Apa yang terjadi pada dirinya, ia sendiri juga tidak mengerti.

Seorang pria masuk tepat saat Jiwoo keluar dari ruangan Mujin. Jung Tae Ju, rekan bisnis Mujin yang berusia lebih muda tepatnya berusia 35 tahun, dia berasal dari keluarga chaebol karena ayahnya adalah seorang konglomerat sekaligus politisi terkenal, selain menjadi rekan bisnis hubungannya dengan Mujin sudah seperti kakak adik.

"Hyung, siapa wanita cantik tadi? Dia sangat sesuai dengan tipe ku, kenapa baru sekarang aku melihatnya?" Taeju terkekeh.

"Aku sedang tidak mood. Ada apa kemari?" tanya Mujin malas.

"Biarkan aku mendekati wanita tadi, siapa namanya?" Taeju duduk di sofa yang tadi diduduki Jiwoo.

"Dia sudah menyukai orang lain, kau jangan berharap! Berhenti menanyakan hal tidak penting, ada apa kemari?" balas Mujin dingin dan berjalan ke kursi besarnya.

"Bagaimana bisa seorang bos dingin sepertimu tau karyawannya menyukai orang lain, apa kau juga menyukainya?" tanya Taeju selidik.

"Ayolah hyung, aku benar-benar ingin mempunyai kekasih" Taeju tertawa.

"Jangan ganggu karyawanku, carilah wanita lain untuk memuaskan hasrat bejatmu" kata Mujin tegas.

"Okay, aku akan berusaha sendiri. Oh iya hyung, besok kita harus ke busan, kita mendapatkan mangsa besar dan besok bisa sekaligus tanda tangan kontrak" kata Taeju antusias.

"Busan? Baiklah, jam berapa?" Mujin tersenyum penuh makna.

"Kita harus berangkat lebih pagi karena butuh 4 jam sampai di busan, kita akan bertemu disana hyung, hubungi aku jika sudah sampai" Taeju berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Mujin.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang