Chapter 20

531 52 75
                                    

"Sayang, hari ini aku akan pergi" ucap Jiwoo yang sedang bersandar di dada Mujin.

"Wae? Mau kemana?" Mujin mengecup puncak kepala Jiwoo.

"Aku merindukan eomma, aku akan menginap dan pulang besok sore"

"Aku akan menemanimu"

"Tidak usah, aku bisa sendiri"

"Aku akan menyelesaikan pekerjaanku secepatnya, aku tidak ingin kau pergi sendiri, okay?"

"Kau tidak bisa meninggalkan ku walau sehari saja? Hm?" tanya Jiwoo manja.

"Tentu saja, sayang.. kau harus tau, setelah kau pergi meninggalkanku tiba-tiba seperti waktu itu, aku tidak bisa sehari saja tidak melihatmu"

"Kau sangat pandai merayu" Jiwoo merangkak ke atas Mujin dan duduk diperut berototnya.

"Kau benar, aku hanya pandai merayumu" Mujin tertawa.

"Baiklah, jam 1 siang nanti aku akan menunggumu di mobil" Jiwoo mengecup pipi Mujin.

"Araseo.. I love you, Baby.." Mujin memeluk punggung Jiwoo dan menariknya untuk berciuman.

"I love you too, Honey.."

Jiwoo menunduk untuk mencium bibir kekasihnya, bibir yang saling mencecap selalu menjadi candu bagi keduanya, suara kecupan-kecupan memenuhi ruangan kamar yang terdengar indah bagi kedua yang setiap saat dimabuk cinta.

***

Mujin memasuki mobil di parkiran dengan Jiwoo yang sudah menunggu didalamnya.

"Aku tidak telat kan,sayang?" Mujin mengambil kacamata hitam dan memakainya.

"Aniya, Ayo berangkat" Jiwoo tersenyum menggeleng.

Mujin dan Jiwoo menyempatkan membeli buah-buahan, beberapa dus suplemen kesehatan, beberapa kotak vitamin dan beberapa barang yang dibutuhkan ibu Jiwoo.

Mujin membeli sangat banyak karena pertama kali bertemu ibunya ia tidak membawa apa-apa, sehingga kali ini ia memutuskan membeli banyak.

Perjalanan panjang membuat Jiwoo tertidur di lengan Mujin dengan tangan keduanya yang saling menggenggam. Walaupun tangan Mujin mulai pegal, ia berusaha menahannya.

"Baby.. wake up" Mujin mengusap pipi Jiwoo dengan ibu jarinya.

"Hm.. sudah sampai?" Jiwoo membuka matanya yang masih mengantuk.

"Iya, kita sudah sampai" Mujin turun dari mobil dan memindah barang-barang bawaannya dirumah Jiwoo, karena masih sore ibunya masih di restoran.

Mujin dan Jiwoo berjalan kaki sambil bergandengan tangan menuju restoran ibunya yang hanya memerlukan 5 menit saja dari rumahnya.

"Honey, duduklah, sebentar lagi akan tutup mungkin hanya akan ada beberapa tamu"

Mujin mengangguk pelan, ia duduk di salah satu kursi dan menunggu sambil sesekali ia menerima telepon.

Jiwoo membersihkan meja, mengantar makanan dan menyambut tamu. Membuat Mujin sedikit risih karena tidak pernah melihat kekasihnya bekerja seperti ini. Mujin membuka jas nya, menggulung kedua lengan kemejanya sampai siku dan membuka 2 kancing kemeja yang membuatnya terlihat lebih santai.

"Sayang, aku ingin membantumu" tanpa aba-aba Mujin mengambil nampan dari tangan Jiwoo yang akan diantar ke tamu.

"Jiwoo-ya, kenapa kau membiarkannya membantu?" ucap ibu Jiwoo cemas.

"Lihatlah eomma, pria itu sangat menggemaskan, bagaimana bisa dia melayani tamu dengan wajah datar seperti itu" Jiwoo terkekeh. Bukankah melayani tamu seharusnya tersenyum ramah?

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang