Chapter 28

358 63 18
                                    

Sinar matahari menembus tirai kamar yang menyilaukan mata Mujin, ia terbangun lalu duduk merenggangkan otot tubuhnya. Ia menoleh ke samping namun tidak ada Jiwoo. Ia memakai celananya dan keluar dari kamar.

Jiwoo sedang menyiapkan sarapan di dapur, Mujin tersenyum lebar saat melihat kekasihnya memakai kemeja putihnya yang terlihat longgar dan kebesaran ditubuh mungilnya serta celana dalam dan tidak memakai bra.

Mujin yang bertelanjang dada duduk di kursi dan menopang dagunya dengan kedua tangannya tidak melepas pandangannya pada wanita yang sedang berlenggak-lenggok sibuk memasak. Jiwoo menoleh ke belakang dan terkejut melihat Mujin sudah duduk manis disana.

"Sudah bangun?" Jiwoo berbalik tersenyum pada Mujin dengan spatula di tangannya.

Mujin menelan ludahnya saat melihat Jiwoo memakai kemeja putihnya dengan beberapa kancing terbuka, payudara bulat dan padat yang mengintip dibalik baju dengan beberapa bekas kemerahan akibat ulahnya dan tatto namanya. Ah, Mujin tidak bisa mengekspresikan betapa bahagianya karena semua dalam diri Jiwoo adalah miliknya.
Sudah tidak tahan akhirnya Mujin memeluk Jiwoo dari belakang dan mengecup leher mulusnya.

"Hm.. so sexy, baby" Mujin menyusupkan tangannya ke dalam kemeja Jiwoo dan memeluk perut ramping kekasihnya lalu menjalar keatas meremas payudaranya.

"Berhenti menggodaku, duduklah.. sudah hampir selesai" Jiwoo mengambil piring.

"Kau lebih dulu menggodaku, baby.. kau tidak memakai pakaian dalam, hm?" Mujin masih meremas pelan dada Jiwoo.

"Aku tidak sempat, sudah selesai ayo duduk" Jiwoo menaruh kedua piring dimeja.

Piring berisi 2 sosis panggang, roti panggang dan telur setengah matang. Jiwoo menambahkan beberapa sayur hijau. Ia menuang 2 cangkir kopi dan memberikan satu nya pada Mujin.

Beberapa menit keduanya menyantap sarapan sembari mengobrol bersama. Mujin terus memperhatikan Jiwoo, ia mengusap ujung bibir kekasihnya saat melihat sisa remahan roti.

"Let's take a bath" Mujin mengecup bibir Jiwoo.

Mujin menggendong Jiwoo didepan dan membawanya ke kamar. Keduanya berendam air hangat dengan busa yang memenuhi bathup.

Jiwoo menyandarkan punggungnya di dada Mujin, pria itu mengusap tubuh kekasihnya.

"Honey, sejak kapan kau bisa menerbangkan helikopter?" tanya Jiwoo penasaran.

"Sudah lama, aku suka mencoba sesuatu yang unik, aku hanya ingin mandiri, maka dari itu aku tidak pernah kemanapun dengan supir atau anak buahku kecuali sangat membutuhkan"

"Kau tidak merasa kau pria yang sempurna?" Jiwoo berbalik dan duduk dipangkuan Mujin.

"Tentu saja, sekarang aku merasa sempurna, tapi itu semua kurasakan saat kau menjadi milikku" Mujin tersenyum sedangkan wajah Jiwoo memerah karena malu.

"Aku selalu terhipnotis oleh rayuanmu" Jiwoo memeluk Mujin.

"Benarkah? Tapi sayangnya itu bukan rayuan tapi isi hatiku" Mujin mengecup bibir Jiwoo.

Mujin menarik tengkuk Jiwoo untuk berciuman, ia melumat bibir kekasihnya, menghisap menggigit bibirnya. Kedua tangannya memegang bokong Jiwoo dan membawa miliknya yang sudah menegang masuk ke dalam milik Jiwoo.

"Ahh.. baby.." Mujin mendesah disela-sela ciumannya.

"Honey.." Jiwoo meremas rambut Mujin.

Mujin mencium leher serta tatto Jiwoo, ia keluar dari bathup dengan menggendong Jiwoo tidak melepaskan tautan miliknya.
Ia membuka shower untuk membilas tubuh keduanya.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang