Mujin dan Jiwoo pulang ke mansion setelah Mujin bersikeras ingin pulang. Taeju membuka pintu mobil untuk Mujin serta membantunya masuk ke dalam mansion mewahnya."Gomawo Taeju-ya.." ucap Mujin yang membuat Taeju merasa bahagia dan lega karena ia berhasil mengembalikan semangat hidup Mujin.
Mujin berbaring di ranjang besarnya karena ia belum sepenuhnya pulih. Jiwoo ikut berbaring di sebelahnya saling berhadapan.
"Mujin-aa.. kenapa kau menyakiti dirimu sampai begini? Kau seharusnya hidup bahagia dan melupakanku.."
"Bagaimana aku bisa bahagia jika tidak ada dirimu, kau sudah seperti separuh dari hidupku.. aku pikir dengan mengakhiri hidupku adalah jalan satu-satunya. Tapi aku tidak mengerti kenapa aku tidak bisa mati" Mujin tersenyum tipis.
"Itu karena aku selalu mendoakanmu. Kau ingat saat salju pertama sebelum kita berpisah, aku memohon agar kau tetap hidup dalam keadaan apapun, kurasa doaku dikabulkan" Jiwoo tersenyum lebar.
"Sepertinya ada benarnya juga. Jiwoo-ya, aku ingin memastikan lagi, apa kau bisa menerimaku kembali? tapi bagaimana dengan suamimu?" tanya Mujin sedikit gugup karena takut Jiwoo menolaknya.
Jiwoo terkekeh, "kau pikir aku akan berada disini jika aku mempunyai suami?"
Mujin menaikkan sebelah alisnya, "kau sudah bercerai? Syukurlah.."
Jiwoo tertawa keras dan reflek memukul dada Mujin.
"Ah!" rintih Mujin kesakitan karena pukulan Jiwoo yang kencang.
"Maaf.. sakit?" Jiwoo sedikit panik saat ia kelepasan memukul pria lemah itu.
"Sakit, jika kau yang memukulnya.." ledek Mujin.
"Aish.. sebaiknya aku menyiapkan makan untukmu, kau harus segera pulih, lihatlah otot seksimu sudah hampir menghilang" omel Jiwoo.
"Kau menyukai tubuhku? Aku akan mengembalikannya untukmu.." Mujin tersenyum lebar.
"Baguslah jika kau tau, istirahatlah.." Jiwoo mengusap lembut pipi Mujin.
Mujin menarik Jiwoo ke dalam dekapannya.
"Aku sangat rindu memelukmu, menciummu dan aroma tubuhmu yang menenangkan" Mujin mengecup puncak kepala Jiwoo.
"Aku juga.." balas Jiwoo merasakan hangat tubuh Mujin.
...
Mujin menepati janjinya. Hari demi hari ia berusaha memulihkan kesehatannya, ia mulai bernafsu makan dan berolahraga teratur. Tentu saja ditemani Jiwoo sebagai penyemangat hidupnya.
"Eomma, bagaimana keadaan Jiwon? Hm.. araseo, katakan padanya aku akan segera pulang, terima kasih eomma" Jiwoo memutuskan panggilan di ponselnya. Ia sangat merindukan putri kecilnya.
"Kau mengobrol dengan anakmu?" tanya Mujin yang duduk di sebelah Jiwoo.
"Tidak, aku mengobrol dengan eomma" Jiwoo tersenyum.
"Aku sangat merasa bersalah pada eommonim karena telah membuatnya kecewa padaku, aku akan minta maaf padanya dan aku akan menganggap anakmu seperti anakku sendiri" ucap Mujin bersungguh-sungguh dengan raut wajah sedih.
Jiwoo terkekeh, Mujin belum tau bahwa ibunya lah yang memberi nasehat agar mereka kembali dan anak itu adalah putrinya.
"Kau harus meminta maaf pada satu orang lagi bukan ibuku saja"
"Satu lagi siapa?" tanya Mujin bingung.
Jiwoo hanya tersenyum, ia tidak bisa membayangkan Mujin yang akan menjadi ayah mendadak dan apakah Mujin bisa mengenali putrinya?
***
Mujin yang baru selesai mandi hanya memakai celana joger hitam dengan bertelanjang dada memeluk Jiwoo dari belakang saat ia sedang menyiapkan makan malam.
"Biar aku saja, baby.." Mujin melepas pelukannya lalu ikut membantu Jiwoo.
"Kau cukup duduk saja, jangan menggangguku, kau masih lemah" Jiwoo berdecak kesal.
"Aku sudah kuat, sayang.. kau ingin buktinya? Hm?" Mujin mematikan kompor lalu membalikkan tubuh Jiwoo dan menggendongnya di depan.
Jiwoo melingkarkan lengannya di leher kokoh Mujin, ia tersenyum melihat otot-otot kekar Mujin yang sudah kembali seperti dulu, tidak butuh waktu lama untuk mengembalikan bentuk tubuhnya yang memang sudah atletis. Jiwoo menyentuh bahu lalu ke dada bertatto namanya disana.
Mujin menatap wanitanya dengan lembut. Ia sangat bahagia bahwa Jiwoo menerimanya kembali, memberikan kesempatan untuk membahagiakan dirinya.
"Kapan kita pulang?" Jiwoo mengelus rahang seksi Mujin.
"Aku sudah membaik, aku akan menyiapkan penerbangan kita untuk lusa, bagaimana?"
Sudah seminggu Jiwoo berada di mansion Mujin, walau ia senang bersama Mujin namun ia tetap merindukan putrinya yang lucu.
"Baiklah.." Jiwoo menangkup kedua pipi Mujin dan memajukan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka.
"Aku mencintaimu Jiwoo-ya.."
Mujin menyambut bibir Jiwoo dengan lembut, mengecup dan melumatnya pelan, beradu lidah saling mencecap. Mujin duduk di sofa dengan Jiwoo dipangkuannya. Jiwoo menatap Mujin dan kembali berciuman, Mujin menahan tengkuk Jiwoo untuk memperdalam lumatannya. Keduanya berciuman penuh cinta dan kasih sayang melepas kerinduan bertahun-tahun.
Mujin dan Jiwoo akhirnya pulang dan sampailah di depan rumah ibu Jiwoo.
Mujin sangat gugup menghadapi ibunya, ia tidak tau apakah ibu Jiwoo akan memaafkannya atau tidak.Jiwoo mengeratkan genggaman tangannya pada Mujin, ia ikut merasakan kegugupan pria itu. Keduanya berjalan memasuki pagar rumah Jiwoo.
"Mommy!!" teriak Jiwon yang melihat ibunya masuk ke rumah.
Mata Mujin terbelalak menatap Jiwon, jantungnya berdebar kencang, suaranya terasa tercekat, dadanya sedikit sesak, rasa sakit bercampur bahagia. Anak perempuan yang sangat mirip dengannya, tidak. Sesaat ia yakin jika itu adalah anaknya.
Jiwon berlari ke arah Jiwoo yang langsung ia gendong keatas. Jiwoo terkekeh melihat Mujin yang masih dengan raut wajah terkejut.
"Jiwon-aa, It's your daddy.." bisik Jiwoo pada Jiwon, yang dengan mata bulatnya menatap pria didepannya dengan pandangan bingung.
"Daddy? He's my daddy?" tanya Jiwon pada Jiwoo, Jiwoo tersenyum dan mengangguk.
Mujin menatap Jiwon sangat lama, ia menelan ludahnya dengan susah payah. Rasa haru kembali menyerangnya, Mujin menatap Jiwoo yang di balas anggukan oleh Jiwoo mengisyaratkan bahwa apa yang Mujin pikirkan adalah benar.
Saking senengnya karena liat vote yang capai target, author cepet-cepet nulis 😭😭
I lop youu readers ❤️❤️❤️Yok bisa yok vote 200+ biar author up nya lebih cepatt 🤣🤣🫶🏻🫶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
RomansaChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...