Mujin bangun dalam dekapan Jiwoo, ia tersenyum tipis, ia menggeser kembali tubuhnya mensejajarkan wajahnya dengan kekasihnya yang masih tidur pulas. Sungguh ia sangat suka tidur dalam dekapan Jiwoo yang menenangkan, ia bahkan bisa langsung tertidur nyenyak.
Mujin mengambil ponselnya dari nakas dan memotret Jiwoo yang tidur dengan bibir nya yang sedikit manyun, membuatnya terkekeh sendiri. Dengan pelan ia menyentuh helaian rambut kekasihnya.
"Sudah bangun?" ucap Jiwoo dengan suara serak lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Mujin mencium aroma candu tubuh kekasihnya.
"Saranghae, Jiwoo-ya.." suara berat Mujin terdengar lembut nan tegas.
"Hm.."
"I miss you so much" Mujin membelai rambut halus Jiwoo.
"Hmm.."
"Kau bisa menceritakannya padaku, akan aku mendengar.." kata Jiwoo.
"Aku semalam ada meeting mendadak di jepang, jadi aku pergi pagi-pagi sekali agar bisa langsung pulang, aku sangat sibuk seharian sampai tidak sempat mengabarimu, dan terlebih ponselku kehabisan baterai" jelas Mujin.
"Kau berbohong padaku?" Jiwoo bergeser untuk menatap Mujin.
"Trust me, Baby.." Mujin mengusap pipi Jiwoo.
"Apa aku tidak berarti lagi untukmu? Aku akan mengerti jika kau mengabariku walau hanya sebentar" mata Jiwoo mulai berkaca-kaca.
"Jangan berkata seperti itu, Maafkan aku Jiwoo-ya.. aku salah.. maaf.." Mujin menyeka air mata Jiwoo yang jatuh.
"Aku mohon jangan menangis Jiwoo-ya.. aku mencintaimu, maafkan aku.." suara Mujin terdengar tersiksa dan lirih.
Jiwoo menyeka air mata nya dengan kasar dan melepaskan pelukan Mujin. Rasanya ia masih belum bisa memaafkan Mujin, hatinya masih sakit.
"Jiwoo-ya.. apakah aku bisa menebus kesalahanku?"
"Ada.."
"Katakan padaku.."
"Aku tidak akan tinggal bersamamu lagi, pergilah.. aku ingin sendiri saja" Jiwoo keluar dari kamar.
Mujin merasakan dadanya sesak, hatinya seperti tercabik-cabik. Ia menyusul Jiwoo keluar dari kamar.
"Jiwoo-ya.. apa kita harus seperti ini? Jika kau marah pukul aku, lampiaskan padaku, jangan memendamnya seperti ini"
"Apa kau tau bagaimana aku seharian saat kau tidak ada kabar? Apa kau memikirkanku, saat kau pergi begitu saja?! Aku mengkhawatirkanmu seharian, aku takut terjadi hal buruk padamu, aku menangis seharian menunggumu!" Jiwoo berteriak dengan terisak, meluapkan amarahnya yang seketika memuncak.
"Maafkan aku.." Mujin berusaha memeluk Jiwoo namun wanita itu mendorongnya sekuat tenaga.
"Aku tidak butuh maafmu, berhentilah mengatakan kata itu!" Jiwoo mengepalkan tangannya.
"Aku harus bagaimana Jiwoo-ya? Katakan padaku?" Mujin berusaha menggenggam kedua tangan Jiwoo yang terkepal erat.
"Sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini"
"Tidak, Jiwoo-ya.. tidak akan pernah, apa segampang itu kau mengatakannya? Kau lupa janji kita?"
"Benar, pergilah kemana pun, aku tidak ingin tau tentangmu lagi" Jiwoo meninggalkan Mujin yang berdiri terpaku, ia masuk ke kamarnya.
***
Jiwoo bekerja seperti biasa, ia mengabaikan puluhan pesan dan panggilan dari Mujin membuat pria itu sangat frustasi. Mujin bermaksud memberi waktu agar Jiwoo bisa menenangkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
RomantikChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...