Chapter 11

658 67 60
                                    

Taxi yang ditumpangi Jiwoo akhirnya sampai dirumahnya, dengan cepat-cepat Jiwoo turun dari taxi dan menuju rumahnya.

Mujin juga sampai disaat yang bersamaan, tidak usah ditanya seberapa tinggi kecepatan mobil itu, pria itu menyetir gila-gilaan, ia memang sudah tidak waras sejak Jiwoo mengabaikannya tadi.

Mujin berlari secepat kilat dan mencegat lengan Jiwoo sebelum wanita itu membuka pintu rumahnya. Ia dapat melihat mata sembab Jiwoo yang membuat hatinya semakin nyeri.

"Yoon Jiwoo!"

Jiwoo mencoba menghempaskan tangan Mujin yang mencengkram kuat pergelangan tangannya.

"Yoon Jiwoo! Dengarkan aku! Kumohon!" Nafas Mujin naik turun, ia menelan ludahnya dengan kasar.

"Apa! Apa yang kau inginkan lagi!"

"Aku tau aku brengsek! Aku pria paling brengsek!"

"Jika kau tau maka lepaskan aku!!"

"Tidak! Aku tidak akan melepaskanmu lagi!" Mujin menggeleng.

Airmata Jiwoo kembali mengalir membasahi pipinya mengalir ke dagunya dan menetes jatuh.

"Kumohon pergilah Choi Mujin! Aku tidak ingin melihatmu! Kumohon.." Jiwoo terisak.

Mendengar Jiwoo yang memohon seperti itu, membuat Mujin semakin takut kehilangan Jiwoo. Sekarang ia benar-benar merasa egois, ia ingin memiliki Jiwoo tidak peduli apapun itu.

"Jiwoo, berikan aku kesempatan satu kali, kumohon.."

"Aku sudah memberikan mu kesempatan ratusan bahkan ribuan kali selama 5 tahun! Sekarang setelah aku menjauhimu melupakanmu, kau malah meminta kesempatan?!"

"Hanya satu kali, kumohon, aku akan membuktikan bahwa aku serius dengan ucapanku.."

"Kesempatanmu sudah tidak ada lagi Choi Mujin, kau sudah membuangnya, tidak ada kesempatan lagi.." ucap Jiwoo lemah.

"Tidak! Hanya satu kali ini, satu kali.." suara Mujin memohon dan memelas.

Jiwoo menggeleng, ia yang sedari tadi memalingkan wajahnya. Kini ia menatap pria didepannya dengan lekat dengan airmata yang terus jatuh.

Mujin benar-benar kesakitan melihat airmata Jiwoo yang terus mengalir tanpa henti, membuat wajah cantik itu menjadi pucat.

"Aku membencimu Choi Mujin" Jiwoo menatap bola mata Mujin lekat-lekat.

Namun dimata Mujin, ia merasa Jiwoo mengucapkan kebalikan dari kata benci itu. Ia dapat melihat kebohongan serta cinta yang masih dalam untuknya.

"Kau tidak membenciku Yoon Jiwoo. Kau masih sangat mencintaiku! Kau jangan membohongi perasaanmu!" Mujin meninggikan suaranya.

Jiwoo berpikir dengan menatap Mujin seperti ini dapat meyakinkan pria itu, namun salah. Pria itu malah menebak dengan benar.

"Terserah katamu! Aku tidak peduli!" Jiwoo berusaha menarik tangannya yang masih dicengkram kuat hingga pergelangan tangannya memerah.

Mujin tidak melepaskannya begitu saja. Ia masih menatap Jiwoo yang berusaha memberontak. Sejenak ia bergulat dengan pikirannya, bagaimana agar ia bisa mendapatkan kembali wanita ini.

"Lepaskan aku brengsek!!" Jiwoo mendorong tangan Mujin agar melepaskan tangannya, namun sia-sia kekuatan pria itu beratus kali lipat lebih kuat darinya.

Mujin kemudian melepaskan cengkramannya saat menyadari pergelangan tangan Jiwoo yang memerah. Dengan sangat pasrah dan pikiran buntu ia berlutut di hadapan Jiwoo.

"Yoon Jiwoo.. kumohon.. berikan aku satu kesempatan.." ucap Mujin lirih, airmatanya mulai mengalir dari matanya.

Jiwoo sangat terkejut. Bagaimana bisa pria dingin dan kuat seperti Mujin malah berlutut memohon cintanya? Bahkan pria sedingin es kutub ini bisa menangis? Jiwoo seperti tersihir oleh ketulusan Mujin. Ia hanya diam tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang