Taeju mengikuti Mujin masuk kerumah, pria itu terluka sayatan di bagian perut saat pergi ke Incheon untuk melihat produksi dan secara tiba-tiba diserang.
Jiwoo melotot dan panik saat melihat noda darah di kemeja putih Mujin.
"Apa yang terjadi?!" tanya Jiwoo menghampiri Mujin yang duduk di sofa.
Taeju tidak berani menjawab, ia hanya diam menunggu Mujin yang berbicara. Ia takut Jiwoo marah, biarlah Mujin yang memutuskan untuk mengatakan atau tidak.
Dokter pribadi Mujin selesai mengobati luka Mujin, Taeju ikut pergi meninggalkan Mujin dan Jiwoo di ruang tamu.
"Bisakah kau jelaskan kenapa kau bisa terluka?" Jiwoo menatap tajam pada kedua bola mata Mujin.
"Tidak apa-apa, hanya terjatuh. Jangan khawatir, sayang" balas Mujin tersenyum.
Jiwoo mendengus kesal, "Kau ingin membohongiku lagi?"
Mujin menelan ludahnya, ia menjadi gugup dan takut calon istrinya ini akan marah besar.
"Tadi kami diserang dan aku hanya tergores sedikit"Jiwoo menghela nafas, "Sebaiknya kita batalkan saja pernikahan kita besok" ancam Jiwoo.
Mujin panik setengah mati, "Jangan seperti itu sayang, kau tau aku sudah menunggu sangat lama untuk menikahimu"
"Bagaimana kau bisa menikah dengan keadaan luka seperti ini?"
"Ini hanya goresan kecil, sayang"
"Goresan? Terserah" Jiwoo tertawa marah.
Setelah berjam-jam dengan usaha keras bujuk rayu, memohon, memelas, bermanja dan lainnya, akhirnya Jiwoo kembali tenang dan tidak jadi membatalkan pernikahan.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Pernikahan.
Pernikahan yang sangat amat mewah, di gelar di Hotel ternama. Hotel tempat dimana prosesi itu dilakukan pun tampak dibanjiri oleh awak media. Banyak pengawal yang berjaga di sekitar. Dan tamu undangan yang sangat amat ramai dari kalangan pengusaha papan atas dan pejabat negara rasanya hadir disana. Mujin tak menyangka dirinya akan berdiri di altar dengan balutan jas berwarna gading, terlihat luar biasa tampan, sedang menanti pengantinnya yang tengah berjalan digiring oleh pamannya.
Jiwoo terlihat sedikit gugup, namun kegugupan itu tak bisa menyembunyikan kecantikannya. Dalam balutan gaun slim fit berwarna gading dengan model kerah sabrina, membuatnya terlihat sangat elegan. Semua mata tertuju padanya. Terutama dari kaum lelaki yang terus berdecak kagum.
Berkali-kali Jiwoo menarik napasnya, merasakan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya yang memegang buket. Namun, dia harus tersenyum. Karena saat ini semua kamera mengarah padanya. Dan saat itulah, jantung Mujin berdetak seribu kali lebih cepat. Ketika dirinya menatap Jiwoo semakin dekat, bak bidadari surga. Mujin gemetaran. Tak kuasa menahan air mata harunya. Mengingat kembali setelah beberapa tahun tidak ada harapan baginya menjadikan Jiwoo sebagai istrinya, wanita yang begitu ia inginkan dalam hidupnya.
Jiwoo sangat gugup. Lebih parah dari sebelumnya, Dan kini, mereka saling berhadapan. Memandangi satu sama lain. Mengagumi satu sama lain.
"Kau sangat cantik, baby" bisik Mujin.
"Kau juga sangat tampan jika tanpa sedikit goresan di pelipismu" sindir Jiwoo membuat Mujin terkekeh.
"Saya Choi Mujin, menerima engkau, Yoon Jiwoo, sebagai istri satu-satunya dan sah di mata Tuhan. Saya berjanji akan selalu mengasihimu, baik dalam keadaan suka maupun duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita. Saya berjanji bahwa segala milikku adalah milikmu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
Storie d'amoreChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...