Chapter 45

356 162 55
                                    

Maap tadi author kepencet publish padahal belom kelar ngeditnya 😫🙏🏻  ini author cepet2 publish balik..
Happy reading 😗



Dor!

"Arghh!!" Taeju meringis kesakitan kala timah panas itu menembus bahu kirinya.

Taeju berhasil mendorong tubuh Mujin disaat detik terakhir dan berakibat peluru itu malah mengenai Taeju.

"Taeju-ya, kau-" Mujin terkejut saat Taeju bernafas terengah karena darah mulai menetes dari bahunya.

"Jika kau sangat ingin mati, maka temui Jiwoo sebelum kau pergi, minta maaf lah sampai dia memaafkanmu lalu kau bisa pergi dengan tenang!" Taeju berteriak marah.

Taeju sudah muak dengan Mujin yang terus berusaha bunuh diri selama 3 tahun terakhir. Ia juga muak melihat Mujin yang sangat lemah berbeda dengan Mujin yang ia kenal bersifat dingin, kuat, dan temperamental.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja! Kau dengar, hyung?!" Taeju menatap dalam kedua bola mata Mujin.

Mujin tidak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya.

"Aku yakin Jiwoo masih mencintaimu, hyung.."

Mujin menggeleng, "Foto yang kau berikan padaku, itu sudah cukup. Aku tidak ingin mengganggu hidupnya lagi. Jiwoo.. sudah tidak mencintaiku lagi" kalimat terakhir yang diucapkan Mujin dengan suara tercekat, jantungnya terasa ditusuk, menyakitkan untuk diucapkan dan diterima hatinya.

***

"Mommy..." anak kecil perempuan berpipi gembul dan cantik berusia 2 tahun lebih berlari ke arah Jiwoo.

Jiwoo, putrinya dan ibunya sedang duduk di pasir pantai. Selama ini Jiwoo hanya menjadi single parent dan tinggal bersama ibunya.
Beberapa kali ibu Jiwoo menyarankan Jiwoo untuk mencari pendamping, namun Jiwoo menolaknya dengan alasan ia lebih nyaman hidup seperti ini. Namun ibu Jiwoo tau persis bahwa putrinya belum bisa melupakan pria sekaligus ayah dari cucunya. Ibu Jiwoo juga sering memorgoki Jiwoo yang diam-diam menangis tengah malam hingga tertidur. Walau sudah tiga tahun lamanya putus, nyatanya Jiwoo masih sangat mencintai Choi Mujin dan masih menyimpan rasa cinta di hati terdalamnya.

"Kesayangan, mommy.." Jiwoo memeluk dan menggendongnya penuh kasih sayang lalu mengecup pipi chubby nya.

"Jiwon-aa, ikut halmeoni pulang. Mommy akan berbelanja sebentar, araseo?" Jiwoo menggesekkan hidungnya ke pipi gembul anaknya karena gemas.

"Mommy, es krim.." ucap Jiwon dengan suaranya yang lembut nan manja.

Jiwoo menangkup dagu mungil Jiwon dengan telapak tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiwoo menangkup dagu mungil Jiwon dengan telapak tangannya. Ia selalu gemas dengan putrinya yang cantik dengan poni tipis, alis tebal, bibir merah mungil dan hidung kecilnya.

"Aigo.. araseo" Jiwoo menepuk pelan dagu anak perempuannya dengan tersenyum.

Ibu Jiwoo menggendong Jiwon, saat mereka akan berbalik. Jiwoo terkejut melihat Taeju berdiri didepannya dengan tersenyum getir.

Mata Taeju terbelalak saat melihat Jiwon di gendongan ibu Jiwoo, wajah anak kecil itu sangat mirip dengan seseorang setelah dilihat dari dekat. Sungguh, mata dan hidungnya mirip dengan ayahnya. Ia langsung bisa mengenali siapa dari ayahnya.

Jiwoo memberi kode ke ibunya agar pulang duluan dengan Jiwon.

Taeju membungkuk hormat pada ibu Jiwoo dan sepasang matanya tidak lepas dari anak perempuan cantik.

Jiwoo berputar membelakangi Taeju. Rasa sakit, sesak dan marah bercampur saat melihat pria yang telah membuat kisah cintanya hancur.

"Jiwoo-ssi.. tidak ada yang bisa kuucapkan selain maaf, aku menyesali semuanya" ucap Taeju dengan perasaan bersalah.

Jiwoo menelan ludahnya dengan kasar, ia menggigit bibirnya menahan air mata yang ingin jatuh.

"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkanmu. Pergilah dari sini, aku tidak ingin melihat wajahmu!" ucap Jiwoo dingin lalu hendak berjalan meninggalkan Taeju.

"Mujin hyung sangat merindukanmu!" teriak Taeju dengan suara bergetar.

Jiwoo mengepalkan tangannya hingga kukunya memutih. Hatinya sangat sakit, ia juga sangat merindukan pria yang seharusnya menjadi suaminya dan hidup bahagia bersamanya.

Jiwoo masih tidak ingin membalas perkataan Taeju. Ia sangat benci pada Taeju jika mengingat kembali hari dimana Taeju menghancurkan segalanya.

"Aku mohon, bisakah kau menemui Mujin hyung sekali saja? Setelah kau meninggalkannya, dia sangat membenci dirinya dan selalu merasa bersalah"

"Dia selalu mencoba bunuh diri" Taeju menunduk sedih, ia sendiri selalu hidup dengan penyesalan.

Jiwoo menghentikan langkahnya, jantungnya terasa sangat sakit, kakinya lemas hingga akhirnya hanya air mata yang mampu mengartikan semua rasa sakit itu.

"Aku mohon.. sekali saja Jiwoo-ssi.. aku mohon padamu, aku takut dia mencoba bunuh diri lagi.." Taeju meneteskan air mata.

Jiwoo tidak menjawab, ia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun saat mendengar keadaan Mujin hingga akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Taeju yang menatapnya dengan perasaan sedih dan sakit.

...

"Jiwoo-yaa.." panggil Ibu Jiwoo saat melihat Jiwoo menonton tv namun matanya bahkan tidak bergerak seperti orang yang menonton tv, Jiwoo hanya melamun pikirannya kacau setelah mendengar semua perkataan Taeju tadi siang.

Ibu Jiwoo mengelus rambut Jiwoo dengan lembut dan membawa kepala putrinya bersandar di bahunya, Jiwoo memeluk erat ibunya.

"Jiwoo-ya.. ibu tau kau masih sangat mencintainya, begitu juga Mujin. Walau dia sudah menyakitimu tapi ibu yakin dia pasti tidak berniat melakukannya. Kau tau? Saat dia pertama kali datang dan dengan berani meminta izin untuk berpacaran lalu ingin menikahimu. Ibu sangat yakin dia adalah pria yang bertanggung jawab dan sangat menyayangimu seperti ayahmu" Ibu Jiwoo masih membelai sayang rambut Jiwoo sedangkan Jiwoo sudah menangis tersedu-sedu sejak dari awal ibunya berbicara.

"Jika dia melakukan kesalahan, maka maafkanlah dan berikan kesempatan. Ibu yakin dia pasti melakukan yang terbaik untuk merubahnya karena dia mencintaimu dengan tulus. Mencintai dengan tulus tidak semudah itu Jiwoo-ya.. maka berikanlah kesempatan jika kau juga masih mencintainya" Ibu Jiwoo melepaskan pelukan putrinya dan menyeka air mata yang sedari tadi tidak berhenti mengalir hingga mata Jiwoo sudah memerah bengkak.

"Pikirkanlah baik-baik, jangan sampai ada penyesalan didalam hatimu. Kau mengerti?" ucap Ibu Jiwoo lembut sambil tersenyum lalu mengecup pipi Jiwoo. Jiwoo tersenyum tipis dan mengangguk.

Jiwoo masuk ke kamarnya dengan pelan karena putri kecilnya sudah terlelap. Ia berjalan ke kasur dan tersenyum menatap malaikat kecilnya. Bagaimana Jiwoo bisa melupakan Mujin jika putri mereka ini sangat mirip dengan ayahnya. Jiwoo hanya mewariskan kecantikan dan bibir tipisnya pada Jiwon sisanya semua milik Mujin.


Taeju setiap hari datang menemui Jiwoo, berharap wanita itu berubah pikiran dan mau menemui Mujin. Namun penantian hari ke 5 Taeju membuahkan hasil.

"Jiwoo-ssi.. benarkah kau ingin menemui Mujin hyung? Terima kasih! Sungguh aku ingin berterima kasih padamu" kata Taeju dengan terharu dan tersenyum lebar namun air matanya menetes.

"Dimana dia?" tanya Jiwoo.

"Kita akan pergi sangat jauh, aku akan menjemputmu nanti malam" balas Taeju.

"Baiklah" Jiwoo mengangguk.




Sudah mendekati ending guys 😭😭
Author berharap vote sebanyak-banyaknya,
maybe 100+? Tapi jika tidak mencapai juga tidak apa-apa 🤣 gwaenchana gwaenchana, author tetep ngelanjutin sampai akhir kok 😆😆🫶🏻

Saranghaeyooo 😘❤️❤️

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang