Chapter 32

410 71 20
                                    

Karena tidak fokus dan tidak ada tujuan, tanpa melihat sekitar, Jiwoo sembarangan masuk ke Hotel Liber, ia hanya ingin menenangkan diri sekaligus menumpahkan semua air mata nya.

Mujin sangat lega saat mengetahui Jiwoo memilih Hotelnya sebagai tujuannya sehingga ia dengan mudah masuk ke kamar Jiwoo.

Setelah lelah menangis Jiwoo akhirnya terlelap dengan sisa air mata yang masih jatuh dari ujung matanya, Mujin membuka beberapa kancing kemeja nya agar lebih leluasa berbaring disamping kekasihnya, ia menatap Jiwoo dengan khawatir, ia menyeka lembut air matanya.

Baru kali ini Jiwoo tidak ingin memberitahunya apa yang terjadi, Jujur saja melihat Jiwoo menangis membuat Mujin sangat sakit hati, jantungnya serasa diremas.

Mujin menaruh lengannya di dahi, ia menghela nafas berat sembari memejamkan matanya. Ia bahkan tidak bisa tidur sebelum mengetahui apa yang membuat Jiwoo seperti ini.

Mujin tiba-tiba membuka matanya lebar dan otak berputar mengingat Jiwoo seperti ini setelah ia pergi dari ruangannya, ia kembali menatap Jiwoo.

Apa jangan-jangan Jiwoo mendengarkan pembicaraanku dengan Jungjae tentang pernikahan, apa dia mendengar aku berkata tidak ingin menikah? batin Mujin walau ia tidak yakin.

Mujin bangkit dari kasur dan mencari ponselnya, ia berjalan lebih jauh agar tidak mengganggu Jiwoo yang sedang tidur, ia menelepon seseorang.

"Hello, Robert.. It's me. Are you already send it?"

"Okay, Thank you so much. I'll call you back" Mujin tersenyum tipis dan memutuskan sambungan telepon.

Tidak seperti yang Jiwoo dengarkan, bahkan Mujin sudah mempersiapkan sedikit demi sedikit untuk segera melamar kekasih tercintanya, ia bahkan sudah tidak sabar ingin melihat perut Jiwoo membuncit mengandung buah cinta mereka lalu ia akan segera menggendong seorang putri cantik rupawan yang mirip istrinya. Ia akan menyisir dan mengepang rambut putrinya kelak.
Jika seorang putra ia akan mengajarkan berbisnis dan belajar menembak, agar ia tumbuh menjadi lelaki yang cerdas, kuat dan tangguh seperti ayahnya. Ah, memikirkannya saja sudah membuatnya sangat bahagia.

Mujin berjalan ke kasur dan berbaring di samping Jiwoo, ia menatap lekat-lekat wajah cantik kekasihnya. Ia selalu merasa beruntung karena Jiwoo sangat mencintainya.

"Jiwoo-ya.. You're mine, I want to marry you, You will be my wife forever" bisik Mujin, ia mengecup lembut kening Jiwoo.

Jiwoo terbangun saat hari sudah hampir siang, matanya langsung menangkap Mujin yang sedang tidur. Ia tersenyum kecut, dadanya kembali terasa sesak, air mata nya bahkan dengan cepat sudah menumpuk membuat pandangannya buram. Ia hendak menyentuh wajah Mujin namun ia mengurungkan niatnya dan menarik tangannya kembali.

Mujin memegang pergelangan tangan Jiwoo, ia membuka matanya perlahan, tatapan lembutnya membuat Jiwoo menitikkan air mata.

"Mianhae Jiwoo-ya.."

Jiwoo tersenyum dan menggeleng. Mujin menggeser tubuhnya dan menarik Jiwoo masuk ke dalam dekapannya.

"I love you, saranghae Jiwoo-ya" Mujin mengecup puncak kepala Jiwoo.

Jiwoo memeluk Mujin dengan erat, setiap kali menghirup aroma tubuh kekasihnya membuatnya merasa aman dan terlindungi.
Ia memejamkan matanya mendengar detak jantung Mujin yang berirama tenang, rasanya tidak ingin melepaskan pelukan nyaman ini.

Walau tidak berbicara, keduanya seolah-olah bisa menyalurkannya cinta dan kasih sayang melalui pelukan hangat ini. Bahkan sekarang mereka tertidur kembali.

Satu jam berlalu, Jiwoo menggeliat dalam dekapan Mujin. Ia bisa melihat tatto Mujin dengan jelas di dada kiri nya, dengan pelan ia mengecup sekilas tatto bukti cinta Mujin padanya.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang