Chapter 23

394 55 31
                                    

Mujin membawa Jiwoo ke sebuah toko melukis tatto yang cukup besar dan terkenal. Ia juga mengenal pemiliknya.

"Honey, untuk apa kita disini?" tanya Jiwoo bingung.

"Baby, aku ingin membuat tatto"

"Apa? Tatto?" Jiwoo tertawa meledek.

"Aku akan mengukir namamu disini.." Mujin menarik lengan Jiwoo untuk menyentuh dada kirinya.

"Honey? Apa kau yakin? Kau seperti anak remaja saja" Jiwoo mengernyitkan dahi.

Mujin malah mengangguk dengan mantap.

"Baiklah, lakukan apa yang membuat kita senang, sekalipun itu terlihat kekanak-kanakan" gumam Jiwoo.

"Apa kau juga mau mengukir namaku ditubuhmu? Tidak masalah jika kau tidak mau, biar aku saja yang melakukannya" tanya Mujin.

"Tapi.. aku harus membuatnya dimana?"

"Dimana saja yang membuatmu nyaman.. jangan memaksa jika tidak ingin, sayang.." Mujin menatap Jiwoo.

"Aku juga ingin melakukannya" jawab Jiwoo.

"Are you sure?" Mujin tersenyum lebar.

Walau terlihat berlebihan namun Jiwoo juga tetap ingin melakukannya. Mujin akhirnya selesai membuat nama Jiwoo Yoon di dada kirinya. Ia terlihat puas dengan hasilnya.

Jiwoo juga selesai membuat nama Mujin Choi di dada kiri atasnya dekat bagian bahu, dengan menahan sakit yang tidak pernah ia rasakan, membuatnya memacu adrenalin nya, ia juga terlihat cukup puas hasilnya.

"Kita benar-benar terlihat seperti remaja puber" Jiwoo menggeleng tidak percaya.

Mujin senang bukan kepalang melihat namanya ditubuh kekasihnya. Ia mengecup bahu Jiwoo berkali-kali mengungkapkan rasa bahagianya.

"Bagaimana jika suatu saat kita ingin menghapusnya? Ini bahkan tatto permanen" Jiwoo membuka bajunya, ia bercermin untuk melihat tatto itu di dadanya.

"Jangan pernah menghapusnya, baby.." Mujin memeluk Jiwoo sambil menatap cermin, senyum lebar tidak lepas dari wajahnya.

"Kau sangat seksi, baby.." Mujin mengusap kulit tatto Jiwoo yang masih memerah.

Jiwoo berbalik melihat dada Mujin, ia menyentuhnya dan tersenyum lebar.

"Kau juga bertambah seksi, aku tidak percaya kita bisa melakukan hal konyol seperti ini" Jiwoo tertawa lalu mengecup dada Mujin.

"Hal konyol ini hanya kita berdua yang tau. Thank you, Baby.. I love you" Mujin mengecup kening Jiwoo.

"I love you too" Jiwoo juga mengecup pipi Mujin.

Mujin menarik pelan tengkuk Jiwoo untuk berciuman, melumat bibirnya dengan lembut.
Jiwoo mendorong pelan dada Mujin saat ia hampir kehabisan nafas.

"Aku tidak akan pernah menghapusnya seumur hidupku, apapun yang terjadi, aku janji.." Mujin memeluk Jiwoo dan mengendongnya di depan.

"Bagaimana jika kita putus? Apa kau akan menghapusnya?" Jiwoo terkekeh menatap Mujin.

"Seandainya, jika.. aku hanya ingin tau.." sambung Jiwoo, ia tau Mujin tidak suka mendengar kata itu.

"Hm.. Never! lagipula jika putus, aku juga tidak akan bersama wanita lain, You're the only one and forever for me, baby.." Mujin memeluk Jiwoo menyandarkan dagunya di bahu Jiwoo.

"Baby, please don't leave me.. I'd rather die than lose you.." Mujin menatap Jiwoo lekat-lekat, mengungkapkan isi hatinya yang dalam dan tulus.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu" Jiwoo mengecup bibir Mujin.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang