Mujin berjalan masuk ke kantornya dengan langkah cepat, pria itu memang punya kebiasaan berjalan cepat, seperti dikejar hantu. Ia menuju lift untuk ke ruangannya dilantai 50.
Jiwoo yang akhir-akhir ini terlihat seperti mayat hidup yang berjalan setelah kejadian beberapa hari yang lalu ia dibentak Mujin. Ekspresinya sudah mirip dengan Mujin yang dingin nan datar. Ia juga sedang menunggu lift. Semua orang membungkuk hormat saat Mujin berjalan masuk ke lift, Jiwoo ikut membungkuk seadanya. Dikarenakan lift khusus untuk Mujin sedang diperbaiki, mau tak mau ia harus menaiki lift pegawai.
Mujin masuk ke dalam lift dengan kedua tangannya disakunya. Matanya sekilas menangkap Jiwoo yang berdiri disana seperti orang tidak bernyawa, wajah pucat, tatapan datar kedepan bahkan matanya tidak berkedip.
Pintu lift tertutup, Mujin menghela nafas berat.
Sekelebat rasa bersalah pada Jiwoo sedikit membuatnya tidak nyaman karena sudah membentak dengan kasar wanita itu. Tapi biarlah, wanita itu memang sudah kebal dengan bentakkannya bukan?.Jiwoo sampai dimeja kerjanya, ruangan Mujin tidak jauh dari tempatnya karena memang ia bekerja dibawahnya langsung sehingga ia berada dilantai yang sama dengan pria itu.
"Yoon Jiwoo!" panggil Sejeong.
"Oh!" Jiwoo tersentak.
"Daripada kau stres seperti ini, bagaimana kalau malam ini kita minum-minum? Untuk merayakan patah hatimu" ucap Minjung terkekeh.
"Kalian pasti senang melihatku patah hati!" balas Jiwoo berdecak.
"Bukan begitu, kau harus melupakan pria tua itu, dia bahkan membentakmu dengan keras. Dia tidak cocok untukmu yang berhati malaikat suci, dia adalah malaikat pencabut nyawa" timpal Ahjung terkekeh.
"Baiklah, sepertinya aku memang butuh minum sampai mabuk" balas Jiwoo memijit kepalanya.
"Okay! Good girl!" balas Sejeong tertawa menepuk bahu Jiwoo.
Diantara semua bawahan Mujin yang berhubungan langsung padanya hanya Jiwoo lah yang bertahan dengan temperamental pria itu. Ketiga sahabatnya sudah pernah dibentak oleh Mujin saat Jiwoo cuti tahun baru untuk pulang kampung.
Awalnya mereka menyuruh Jiwoo cuti dan berkata baik-baik saja, mereka akan menggantikannya.Alhasil baru 2 hari saja mereka menelepon Jiwoo dengan menangis meminta Jiwoo untuk segera kembali kerja.
Hanya Jiwoo lah yang senang dicaci maki oleh bos tua brengsek itu. Jiwoo memang patut memenangi piala oscar dan berkat sindiran itu, sahabatnya benar-benar memberikan Jiwoo hadiah berupa piagam bertuliskan karyawan tersabar saat dirinya berulang tahun.
Piagam sialan itu bahkan masih duduk manis dimeja kerja Jiwoo sampai sekarang.
...Siang ini beberapa karyawan penting berkumpul diruang meeting untuk mendengar presentasi yang bagi Jiwoo tidaklah penting. Jiwoo termasuk yang akan hadir dalam meeting itu. Ia memilih tempat duduk yang agak jauh lebih tepatnya jauh dari Mujin. Mungkin setelah ini ia akan meminta kepada Mujin untuk tidak mengikuti meeting yang membuatnya ngantuk.
Jika dulu, ia pasti datang ke ruang meeting lebih cepat demi mendapatkan tempat duduk terdekat dengan Mujin. Sekarang memikirkan kelakuannya sendiri saja membuatnya merinding.
Cinta membuatnya buta dan tuli.Mujin masuk ke ruang meeting dan duduk lalu disertainya semuanya mengikutinya duduk.
Jiwoo mendengarkan presentasi itu namun pikirannya melalang buana, ia hanya melamun menatap layar besar itu dengan pria yang sedang mengoceh disana.Saat mendengar Mujin memberikan komentar, Jiwoo hanya melirik malas dengan ekor matanya ke arah bos brengsek nya, namun lirikan sekilas itu justru mempertemukan kedua pasang bola mata itu.
Dengan cepat Jiwoo memutuskan tatapan itu, memalingkan wajahnya, hatinya terasa berdenyut saat mendengarkan suara Mujin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
RomanceChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...