Jiwoo membuka tirai kamar, sinar terik matahari langsung menembus kaca balkon. Mujin yang masih tertidur lelap dengan posisi telungkup mulai terganggu. Ia mengusap wajahnya dan membuka sebelah matanya dan tersenyum manis.
Setelah Mujin pulang dari rumah sakit, Jiwoo memutuskan untuk kembali tinggal bersama Mujin, tentu saja pria itu memelas dan memohon dengan segala cara yang membuat Jiwoo tidak bisa menolaknya.
"Baby.. come here" kata Mujin dengan suara beratnya saat melihat Jiwoo ingin melipat selimut.
Jiwoo merangkak ke kasur dan Mujin langsung mengubah posisinya berbalik untuk memeluk kekasihnya.
"Hmm.. Aku sangat merindukan pelukanmu" ucap Mujin saat Jiwoo menyandarkan kepalanya ke dadanya dan memeluk pinggangnya dengan erat.
"Aku juga sangat merindukanmu, honey.." balas Jiwoo tersenyum.
Mujin yang senang mendengar kembali panggilan sayang dari Jiwoo, ia mengubah posisinya dengan mengangkat tubuh ringan Jiwoo ke pangkuannya dan sekali lagi memeluk punggungnya erat.
"Now I can breathe.." Mujin mendongak melihat Jiwoo diatasnya dan tersenyum lebar.
"Kau pria yang lemah" Jiwoo menjewer hidung mancung Mujin dengan gemas.
"Mianhae.. aku berjanji, aku tidak akan mengulanginya lagi. Percayalah padaku, hm?" Mujin menatap Jiwoo lembut.
"Aku akan membunuhmu jika kita putus lagi" ancam Jiwoo dengan nada bercanda.
"Benar. Bunuh aku jika aku melakukan kesalahan lagi." Mujin terkekeh pelan, Jiwoo hanya mendengus
Mujin mengusap lembut pipi Jiwoo lalu turun ke lehernya. Ia menurunkan piyama bagian kanan Jiwoo hingga terpampang tatto namanya yang sangat ia rindukan, Mujin tersenyum lebar lalu mencium serta sedikit melumat bagian itu. Jiwoo menunduk saat Mujin menarik tengkuknya dengan lembut. Dengan penuh cinta Mujin menempelkan bibirnya di bibir Jiwoo lalu melumat pelan. Lidah keduanya yang saling membelit serta suara cecapan bibir mengawali hari pagi yang bahagia.
"Mandilah, aku akan membuatkan sarapan" Jiwoo terkekeh sambil mengusap bibir bengkak Mujin karena ulahnya yang terus menggigiti bibir pria itu.
"Sebentar.." Mujin menjulurkan tangannya untuk meraih sesuatu di laci nakas.
Mujin mengambil kotak beludru hitam dan membukanya.
"Aku ingin kau memakai cincin ini, agar semua orang tau bahwa kau adalah milikku" Mujin menyematkan cincin indah itu di jari manis Jiwoo.
"Benarkah hanya karena itu?" bisik Jiwoo di telinga Mujin dengan suara menggoda.
"Tentu saja tidak." Mujin mencium punggung tangan Jiwoo.
Mujin memeluk Jiwoo sekali lagi menumpahkan rasa rindunya sebulan ini, jika bisa ia bahkan tidak ingin melepaskan pelukan ini, kalau bukan karena pagi ini ia punya jadwal meeting. Mujin menyadari ia sudah lama mengabaikan pekerjaannya.
Setelah 20 menit, Mujin menuju dapur melihat Jiwoo sedang menyiapkan kopi. Ia tersenyum sendiri dan merasa amat bahagia, akhirnya ia bisa kembali melihat Jiwoo di rumah dan menyiapkan sarapan untuknya
Mujin memeluk perut Jiwoo dari belakang.
"Aku tidak ingin bekerja hari ini, boleh? Aku ingin berduaan denganmu" Mujin mengecup leher Jiwoo.
Jiwoo berbalik dan tersenyum.
"Perusahaanmu bisa bangkrut, jika bos nya tidak bekerja dengan baik" ledek Jiwoo terkekeh.
Mujin semakin gemas. Ia mengangkat pinggang Jiwoo untuk duduk di samping wastafel dan berdiri diantara kedua kaki Jiwoo.
"Kita pernah bercinta di dapur?" tanya Mujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
RomanceChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...