Chapter 31

358 68 28
                                    

"Apa ada orang didalam?" tanya Jiwoo pada sekretaris Cha.

"Direktur Lee di dalam, masuklah jika penting. Aku yakin Direktur Lee akan segera diusir" jawabnya dengan sopan dan ramah, mengingat Jiwoo adalah kekasih bos nya.

"Aku permisi sebentar" sambungnya.

Jiwoo mengangguk pelan, ia berjalan mendekati pintu dan menimang-nimang untuk mengetuk pintu namun ia mengurungkan niatnya yang tanpa sengaja malah mendengar percakapan di dalam.

"Kau benar-benar bersinar sekarang, pantas saja aku merasa ada aura cerah didalammu, ternyata kau sedang jatuh cinta" olok Direktur Lee.

"Jangan berlebihan" Mujin tersenyum lebar.

"Lihatlah kau bahkan tidak bisa menutupi kebahagiaanmu, Ya.. aku bahkan bisa menghitung berapa kali aku melihatmu tersenyum seperti ini" Direktur Lee terkekeh.

"Tidak sia-sia lima tahun Yoon Jiwoo menunggumu walau cukup lama" sambungnya.

"Apa kau akan segera menikahinya?" tanya Direktur Lee tiba-tiba.

Senyum Mujin perlahan hilang, ia menelan ludahnya.

"Aku tidak pernah menginginkan pernikahan" balas Mujin datar.

"Apa kau bercanda?" Direktur Lee terkekeh namun raut wajahnya berubah serius.

...

Jiwoo berjalan lemas ke meja kerjanya, kakinya terasa lumpuh, ia berharap apa yang ia dengar bukanlah kenyataan. Dadanya terasa sesak dan nyeri. Ia berusaha mengatur nafasnya. Tangisan yang ia tahan-tahan seakan ingin pecah.

Mujin keluar dari ruangannya bersama Direktur Lee, ia tersenyum miring dan melirik ke meja Jiwoo, namun tidak ada kekasihnya disana.

"Daepyeonim, anda mencari Jiwoo-ssi?" bisik sekretaris Cha senyam senyum saat menyadari lirikan mata bos nya.

"Hm.." Mujin hanya mendengus.

"Tapi, apa Jiwoo-ssi tidak jadi ke ruangan anda? Dia tadi disini" ucap sekretaris Cha mengingatnya barusan.

"Dia disini?" tanya Mujin bingung.

"Benar, Pak. Tapi setelah itu saya ke toilet" balas Sekretaris Cha

Mujin merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya lalu berjalan masuk ke ruangannya untuk menelepon Jiwoo.

"Baby, kau dimana?" tanya Mujin saat Jiwoo mengangkat panggilannya.

"Maaf, aku izin pulang.. aku tiba-tiba merindukan ibuku, izinkan aku cuti beberapa hari ya" balas Jiwoo.

"Kenapa mendadak? Sayang, apa terjadi sesuatu?" tanya Mujin khawatir.

"Tidak ada, aku akan pulang beberapa hari, tidak usah datang menyusul atau apapun, biarkan aku disini, kalau begitu sampai jumpa" Jiwoo memutuskan panggilannya.

"Sayang? Jiwoo-ya.." Mujin melihat layar ponselnya yang panggilannya sudah terputus. Ia bingung dengan sikap Jiwoo.

Jiwoo memberhentikan mobilnya di tepi jalan, ia menangis sejadi-jadinya, ia meremas baju, air matanya jatuh dengan deras, bibirnya bergetar. Setelah beberapa saat, ia menyeka air matanya dengan tisu, matanya sudah cukup bengkak.

"Benar! Apa yang kuharapkan dari hubungan ini, seharusnya aku tidak perlu banyak berharap" Jiwoo berbicara di kaca spion sambil bercermin menyeka ingusnya.

Mujin merasa gelisah, seperti ada yang berbeda dari sikap Jiwoo, suaranya juga terdengar sangat dingin padanya. Ia mengingat perkataan sekretaris Cha. Ia membuka monitor komputernya dan melihat cctv depan ruangannya.

Uncontrollably Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang