"Sshhh.. ahh.." desah Jiwoo sembari mencakar punggung Mujin yang sedang menindihnya.Mujin menggerakkan pinggulnya dengan tempo sedang, hingga miliknya menyentuh titik terdalam Jiwoo.
"Baby.." Mujin sedikit mengangkat tubuh Jiwoo lebih merapat padanya dengan terus menggoyangkan pinggulnya, menghentakkan miliknya sedalam mungkin.
Sebelah tangan Jiwoo memeluk leher Mujin dan sebelah tangannya mencakar punggung suaminya hingga terluka tetapi sepertinya Mujin tidak merasakan sakit apapun karena sudah terganti oleh kenikmatan bercinta.
"Ahhh... honey.. stop!" jerit Jiwoo semakin kencang karena Mujin menambah kecepatan temponya.
Mujin tidak menggubris jeritan Jiwoo, ia melumat bibir istrinya penuh nafsu dan mengajak lidahnya beradu didalam mulutnya.
Jiwoo menepuk-nepuk lengan Mujin dengan kuat untuk menghentikan suaminya. Ia merasakan sudah klimaks berkali-kali tapi Mujin masih belum sampai juga, tidak biasanya suaminya ini sangat bergairah seperti ini, mungkin karena sudah dua bulan tidak mendapatkan jatah karena Jiwoo hamil.
"Aku mau muntah.." Jiwoo menutup mulutnya lalu mendorong Mujin yang sedang menggeram nikmat.
Mujin memejamkan matanya dengan nafas terengah memakai kembali celananya lalu menyusul Jiwoo ke kamar mandi yang sedang muntah-muntah. Mengusap punggung istrinya agar lebih tenang.
"Sudah ku bilang hentikan, kau masih saja seperti kuda" kesal Jiwoo menatap Mujin tajam.
Mujin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Percuma saja ia melawan Jiwoo karena pada akhirnya istrinya lah selalu menang dalam hal apapun.
"Sayang, aku belum mengeluarkannya" ucap Mujin pelan.
"Kau masih memikirkan klimaksmu disaat aku seperti ini?" omel Jiwoo lalu menutup pintu kamar mandi.
Jiwoo keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di bawah ketiaknya. Ia berjalan untuk berpakaian tanpa menghiraukan Mujin yang menatapnya takut. Akhir-akhir ini berkat kehamilannya Jiwoo sangat galak jika sudah badmood. Mujin akan sakit kepala sendiri jika sudah seperti ini. Jiwoo akan tidur menjauh, tidak mau dipeluk dan tidak mau berbicara sepatah kata pun.
Mujin menaikkan satu alisnya melihat Jiwoo bukan memakai pakaian rumah. "Baby.. mau kemana?"
Jiwoo masih diam saja, ia memakai pakaian dalam lalu dress pendek selutut membuat Mujin melotot. Jiwoo dengan santai mengambil tas chanel hitamnya memasukkan dompet, ponsel dan beberapa barang penting lainnya.
Mujin sudah panik bukan main melihat itu. Jiwoo yang berpakaian cantik seperti ini saja sudah membuat Mujin tidak tenang lalu menghampiri istrinya.
"Sayang.. mau kemana? Aku ikut.." ucap Mujin dengan suara manja.
"Kau dirumah saja" ucap Jiwoo berjalan ke meja rias, memoles wajahnya dengan bedak tipis memakai lipstik dan menyisir rambutnya.
Mujin sudah seperti cacing kepanasan di belakang Jiwoo. Ia juga sibuk berpakaian dengan tergesa-gesa membuat Jiwoo hampir meledakkan tawanya.
Jiwoo berjalan keluar dari kamar dan saat akan mengambil kunci mobil tetapi sudah keduluan suaminya.
"Ayo, kuantar sayang.." Mujin mengecup bibir Jiwoo lalu menggandeng tangan istrinya.
"Lepaskan.." balas Jiwoo kesal.
"Jangan merajuk sayang. Katakan padaku mau kemana? Apapun itu akan ku turuti asal jangan marah padaku lagi.. hm?"
Jiwoo mengedikan bahunya acuh seolah tidak peduli. Mujin menghela nafas berat.
"Aku salah. Maafkan aku.. I'm sorry baby.. I love you my wife.." suara Mujin memelas sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love (End)
RomanceChoi Mujin seorang pengusaha sukses bergerak dibidang transportasi, tidak ada yang tau usaha itu hanya kedok untuk menutupi pekerjaannya yang sebenarnya. Sifat kasar dan dinginnya dicap sebagai bos yang tidak punya hati. Namun diam-diam Yoon Jiwoo y...